Puisi: Juga Waktu (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Juga Waktu" karya Subagio Sastrowardoyo menggambarkan betapa segala sesuatu dalam hidup ini akhirnya akan berakhir, dan bahkan ...
Juga Waktu


Kita tak pernah memiliki

Rumah yang kita diami semusim
telah dituntut kembali
Dan tanah yang kita pijak
makin larut dalam pasang laut
Sedang kesetiaan yang dijanjikan kekasih
berhenti pada khianat
Dan nyawa ini sendiri
terancam setiap saat

Tak ada yang kita punya

Yang kita bisa hanya
membekaskan telapak kaki,
dalam, sangat dalam,
ke pasir,
Lalu cepat lari sebelum
semuanya berakhir

Semuanya luput

Juga waktu.


Sumber: Horison (Februari, 1967)

Analisis Puisi:
Puisi "Juga Waktu" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya yang mendalam tentang perjalanan kehidupan manusia, keterbatasan, dan ketidakkekalan.

Kehidupan yang Singkat: Puisi ini menggambarkan kehidupan manusia sebagai sesuatu yang sementara dan cepat berlalu. Dalam baris-baris pertama, penyair menyampaikan bahwa kita tak pernah memiliki rumah yang kita diami lama, bahkan tanah yang kita tempati pun akhirnya terkena pasang laut. Ini mencerminkan sifat sementara dan kerentanan kehidupan manusia.

Ketidakkekalan: Dalam baris-baris selanjutnya, penyair menyoroti tema ketidakkekalan. Kesetiaan yang dijanjikan kekasih berhenti pada khianat, dan nyawa manusia selalu terancam. Ini menggambarkan bagaimana segala sesuatu dalam hidup ini tidak kekal, dan bahkan janji-janji yang diucapkan dapat diabaikan atau dilupakan.

Keterbatasan Manusia: Puisi ini juga menyoroti keterbatasan manusia dalam mengendalikan atau memiliki sesuatu. Penyair menekankan bahwa yang dapat kita lakukan hanyalah "membekaskan telapak kaki" dalam pasir, dan kemudian harus "cepat lari sebelum semuanya berakhir." Ini mencerminkan keterbatasan manusia dalam mengendalikan atau memiliki sesuatu dalam hidup.

Penegasan Terhadap Waktu: Judul puisi, "Juga Waktu," menunjukkan bahwa waktu adalah faktor kunci dalam keterbatasan dan ketidakkekalan yang disampaikan dalam puisi ini. Waktu adalah sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan, dan itu juga akan berakhir pada akhirnya, seperti halnya segala sesuatu dalam hidup.

Puisi "Juga Waktu" adalah ekspresi yang mendalam tentang kerentanan, keterbatasan, dan ketidakkekalan manusia. Penyair menggambarkan betapa segala sesuatu dalam hidup ini akhirnya akan berakhir, dan bahkan waktu itu sendiri tidak bisa dihindari. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan makna kehidupan, keterbatasan manusia, dan ketidakkekalan yang ada dalam realitas kita.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Juga Waktu
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.