Puisi: Kubu (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Kubu" bukan hanya sebuah puisi yang menggambarkan penderitaan, tetapi juga sebuah panggilan untuk kepedulian, empati, dan aksi dalam ...
Kubu

Bagaimana akan bergembira kalau pada detik ini
ada bayi mati kelaparan atau seorang istri
bunuh diri karena sepi atau setengah rakyat terserang
wabah sakit - barangkali di dekat sini
atau jauh di kampung orang,
Tak ada alasan untuk bergembira selama masih
ada orang menangis di hati atau berteriak serak
minta merdeka sebagai manusia yang terhormat dan berpribadi -
barangkali di dekat sini atau jauh di kampung orang.
Inilah saatnya untuk berdiam diri dan berdoa
untuk dunia yang lebih bahagia atau menyiapkan senjata
dekat dinding kubu dan menanti.

Sumber: Daerah Perbatasan (1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Kubu" karya Subagio Sastrowardoyo menyajikan sebuah pemandangan yang memilukan tentang penderitaan dan ketidakadilan di dunia.

Ketidakadilan dan Penderitaan Manusia: Puisi ini dibuka dengan pertanyaan retoris yang menggambarkan betapa sulitnya merasa bahagia di dunia ini ketika begitu banyak orang menderita. Subagio Sastrowardoyo menciptakan gambaran yang memilukan tentang realitas sosial yang tidak adil dan penuh penderitaan.

Kepedulian dan Empati: Puisi ini menekankan pentingnya memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap penderitaan orang lain. Ketika ada bayi mati kelaparan, istri bunuh diri karena sepi, atau wabah sakit menyerang, tidak ada alasan untuk merasa bahagia. Puisi ini menyerukan untuk merasakan dan memahami penderitaan orang lain.

Tanggapan dan Aksi: Penutup puisi menawarkan dua pilihan tanggapan terhadap penderitaan di dunia: diam dan berdoa untuk kebahagiaan dunia, atau menyiapkan senjata dan menantikan pertempuran. Ini mencerminkan perasaan frustasi dan keputusasaan terhadap kondisi dunia yang tidak adil, di mana kadang-kadang solusi tampaknya hanya bisa dicapai melalui kekerasan atau pertempuran.

Kontras Antara Kebahagiaan dan Penderitaan: Puisi ini menyoroti kontras antara kebahagiaan yang mungkin kita rasakan secara pribadi dan penderitaan yang dialami oleh orang lain di seluruh dunia. Ini mengajak pembaca untuk melihat dan merasakan dunia dari sudut pandang yang lebih luas, di luar lingkaran kehidupan pribadi kita.

Tantangan untuk Bertindak: Puisi ini juga merupakan sebuah tantangan untuk bertindak. Subagio Sastrowardoyo mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh hanya berdiam diri di hadapan penderitaan, tetapi harus siap bertindak untuk membantu mereka yang menderita dan berjuang untuk keadilan sosial.

Dengan demikian, puisi "Kubu" bukan hanya sebuah puisi yang menggambarkan penderitaan, tetapi juga sebuah panggilan untuk kepedulian, empati, dan aksi dalam menghadapi ketidakadilan di dunia. Ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat diraih ketika kita berjuang untuk kesejahteraan bersama dan keadilan bagi semua.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Kubu
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.