Puisi: Panji Lanang Kelana (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Panji Lanang Kelana" karya Subagio Sastrowardoyo menggambarkan perjalanan spiritual dan emosional seorang kelana atau pelancong yang ....
Panji Lanang Kelana

Di ruang sunyi
di tengah dada
ada lengking
ada sakit
berhenti bunyi jeram di bukit
istana sudah kosong
di antara tiang batu rindu terbaring

Darah mengental
masih nyaring tuntutan tanah
dari mana berasal
dan bila kembali
taruhan yang salah
telah membuat diri mengembara
bayangan rumah surut di cakrawala

Pada wajah silih berganti
belum bertemu apa yang dicari
topeng-topeng bisu
mengubur sisa haru
di balik dinding
betapa larut sinar hari
raut muka makin kejam
sosok asing hanya mau ramah semalam

Kelana terkutuk tergolek di pinggir kota
(yang bukan punya dia)
sudah lama dia tidak bersolek
menyayangi rupa di kaca
hidupnya tidak untuk siapa
hanya untuk dirinya dia berada
jadi kabur garis pinta
dia tidak lagi punya apa
warisan yang masih ada
tinggal coretan mesum di kamarnya
gambar semu yang kabur artinya

Dia tidak menyesal
bahwa dia tinggal di bawah hujan bintang
dan berjalan sebagai pangeran
yang memburu dan diburu kasih sayang
dia masih membutuhkan bukti
bahwa dia pernah di sini
bayang diri terlempar di layar kenangan
dan disiksa di sana kekal

Dari pola ramuan nada
ingin didengarnya kata-kata
lagu tidak bisa sempurna
tanpa terjalin suara manusia
bahasa merdu itu yang begitu dikenalnya
bicaralah kirana madu kusuma
di tengah kehampaan ditangkapnya gema

Hati melekat pada gejala yang diraba
jari gemetar mengusut makna pada tubuh mempesona
nestapa tumbuh dari bercumbu dengan dunia
dewi, di matamu membujuk nikmat sorga

Yang memberinya keberanian
menempuh kegelapan
adalah benih
yang mau membenam ke perut malam
kalau tiada napsu
apakah mungkin dia pahlawan
menapak benua tanpa kawan
pada batas pajar
bakal ditemuinya kepuasan

Pengalaman perawan
yang menyimpan rahasia tak terjamah
mengapa tidak dihisapnya segera
sampai tetes getah penghabisan
terkam sebelum kesempatan luput dari tangan
serta hidup susut oleh usia
di mulut masih titik air selera

Sudah sekian saat
dia menunggu dekat kayu membara
dan melihat pijar terbasmi
lalu menyala berulang kali
bulan tua terasing di gurun pasir
dan dia seperti anjing
menggonggong mengusir sunyi
tidurnya diganggu oleh mimpi yang sama
nyawa laki dikejar dendam berahi

Sejak termakan buah terlarang
ladang lama tinggal gersang
di dada telanjang
tersurat nasib petualang
selepas rindu merundung kekosongan baru
tidak setia jiwa jalang.

Sumber: Hari dan Hara (1982)

Analisis Puisi:

Puisi "Panji Lanang Kelana" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan spiritual dan emosional seorang kelana atau pelancong yang tersesat dalam perjalanan hidupnya.

Gelombang Emosi dan Kesendirian: Puisi ini menggambarkan gelombang emosi yang dalam, dari kesakitan dan kekosongan, hingga harapan dan keputusasaan. Kelana yang digambarkan dalam puisi ini menghadapi kesendirian yang mendalam, merenungkan kehilangan dan keputusasaan yang ia alami dalam perjalanannya.

Gambaran Alam dan Batin: Subagio Sastrowardoyo menggunakan gambaran alam dan batin untuk mengeksplorasi kondisi internal kelana. Misalnya, penggambaran bulan tua di gurun pasir menciptakan citra kesepian dan ketidakpastian yang menyertainya.

Konflik Internal dan Pertentangan: Puisi ini menyoroti konflik internal kelana antara keinginan untuk mencari makna dan kepuasan dalam hidup dengan kebingungan dan kesendirian yang ia hadapi. Kelana terlihat berjuang dengan pertentangan batin antara harapan dan keputusasaan.

Perjalanan Spiritual dan Pencarian Makna: Melalui metafora perjalanan fisik kelana, puisi ini mencerminkan perjalanan spiritual dan pencarian makna dalam kehidupan manusia. Kelana mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan esensial tentang hidup dan keberadaannya.

Bahasa dan Gaya Sastra: Subagio Sastrowardoyo menggunakan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat untuk menciptakan suasana yang intens dan mencekam. Gaya sastra yang dipilihnya, seperti metafora dan personifikasi, membantu memperdalam makna puisi dan menarik pembaca ke dalam pengalaman kelana.

Dengan menggunakan gambaran alam dan pertarungan batin kelana, Subagio Sastrowardoyo berhasil menciptakan sebuah karya sastra yang mendalam dan menyentuh. Puisi "Panji Lanang Kelana" bukan hanya sekadar puisi, tetapi juga sebuah refleksi tentang perjalanan manusia dalam mencari arti dan tujuan hidupnya.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Panji Lanang Kelana
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.