Puisi: Paris (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Paris" karya Subagio Sastrowardoyo membawa pembaca ke dalam suasana perpisahan dan perubahan dalam konteks yang penuh dengan simbolisme.
Paris


Sudah beberapa hari ini
telah putus tali pusat
maka kabur gambar kenangan

Kumakan bubur perpisahan
dan aku melayang tanpa pedoman
di belakang layar kayon
yang kaupasang
sebelum gamelan dibunyikan

Dari jauh ini
aku tak tahu
lakon apa yang kaudirikan
buat malammu sendiri

Tapi yang kaudengar pasti
menurut kabar cuaca di TV
di Paris ini turun hujan mawar.

19/10/78
Malam, Pukul 3.15

Sumber: Hari dan Hara (1982)

Analisis Puisi:
Puisi "Paris" karya Subagio Sastrowardoyo membawa pembaca ke dalam suasana perpisahan dan perubahan dalam konteks yang penuh dengan simbolisme.

Metafora Perpisahan: Penyair menggunakan metafora putusnya tali pusat yang menggambarkan perpisahan. Ini adalah simbol perpisahan yang menyakitkan yang menghilangkan ikatan yang kuat dan memunculkan rasa kabur akan kenangan masa lalu.

Perasaan Tersesat: Penyair menggambarkan perasaan tersesat, tanpa arah atau tujuan yang pasti, seperti melayang tanpa pedoman setelah perpisahan. Gambaran ini menunjukkan kebingungan dan kehampaan setelah kehilangan hal yang sebelumnya dikenal.

Gamelan dan Layar Kayon: Penyair menggunakan gambaran belakang layar kayon dan gamelan yang siap dibunyikan sebagai simbol teater dan kesenian. Hal ini mungkin melambangkan adegan atau bagian dari kehidupan yang seakan dipersiapkan atau dipermainkan, memberikan latar belakang dan kesan dramatis dalam konteks perpisahan.

Paris dan Hujan Mawar: Penggambaran Paris dan turunnya hujan mawar di sana menambahkan elemen romantis dan rasa nostalgia. Penggambaran cuaca yang romantis ini memberikan gambaran yang kontras dengan kesedihan dan perpisahan yang diungkapkan sebelumnya dalam puisi.

Puisi "Paris" secara simbolis mengekspresikan perasaan perpisahan dan perubahan dalam kehidupan. Simbolisme tali pusat yang putus, gambaran tersesat dan belakang layar kayon menghadirkan kontras antara perasaan yang hilang dengan gambaran teatrikal. Di sisi lain, penggambaran Paris dengan hujan mawar memberikan nuansa romantis dan nostalgia dalam suasana yang sebelumnya penuh dengan kebingungan dan kehilangan.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Paris
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.