Puisi: Pasrah (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Pasrah" karya Subagio Sastrowardoyo adalah refleksi tentang hubungan manusia dengan alam, penerimaan terhadap ketidakpastian hidup, dan ....
Pasrah

Demi malam yang ramah
aku berjanji akan menyerah
kepada angin
yang menyisir tepi hari.

Di pinggir lembah
aku akan diam terbaring.

Yang membuat aku takut
hanya bulan di sela ranting
yang memperdalam hening.


Sumber: Keroncong Motinggo (1975)

Analisis Puisi:
Puisi "Pasrah" karya Subagio Sastrowardoyo merupakan karya sastra yang singkat namun memuat makna yang dalam.

Tema Pasrah dan Ketenangan: Puisi ini mencerminkan tema pasrah dan ketenangan dalam menghadapi kehidupan. Penyair mengekspresikan keinginan untuk menyerah sepenuhnya kepada keadaan, terutama kepada alam dan lingkungan sekitar. Malam yang digambarkan sebagai "ramah" menciptakan suasana ketenangan dan kedamaian.

Hubungan Manusia dengan Alam: Ada interaksi yang kuat antara manusia dengan alam dalam puisi ini. Penyair merasakan kehadiran alam, seperti angin yang menyisir tepi hari dan bulan di sela-sela ranting. Ini menunjukkan rasa keterhubungan dan keintiman dengan alam, serta penerimaan akan siklus alam yang menghadirkan ketenangan.

Kehadiran Malam sebagai Simbol: Malam dalam puisi ini tidak hanya sebagai waktu dalam sehari, tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam. Malam di sini melambangkan ketidakpastian, kesunyian, dan kegelapan dalam hidup. Meskipun demikian, penyair menerima kehadiran malam dengan rasa pasrah dan ketenangan.

Perasaan Takut akan Keheningan: Meskipun penyair mencoba untuk pasrah kepada alam, ada juga perasaan takut yang diungkapkan terhadap keheningan malam. Bulan yang "memperdalam hening" menimbulkan ketakutan dan kecemasan yang tak terucapkan, menciptakan atmosfer misterius dan gelap.

Bahasa Simbolis: Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana namun sarat dengan simbol dan imaji. Kata-kata dipilih secara hati-hati untuk menggambarkan perasaan pasrah, ketenangan, dan ketakutan penyair dalam menghadapi malam dan alam sekitarnya.

Makna Filosofis: Puisi "Pasrah" dapat diinterpretasikan sebagai sikap penerimaan dan kepercayaan bahwa ada kekuatan yang lebih besar mengatur alam semesta. Ini mencerminkan filsafat tentang keberadaan manusia dalam alam yang lebih luas dan kompleks.

Dengan demikian, puisi "Pasrah" karya Subagio Sastrowardoyo adalah refleksi tentang hubungan manusia dengan alam, penerimaan terhadap ketidakpastian hidup, dan keberanian untuk menghadapi kegelapan dan ketenangan malam.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Pasrah
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.