Puisi: Pembicaraan (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Pembicaraan" karya Subagio Sastrowardoyo membangun suasana refleksi mendalam tentang kehidupan, hubungan sosial, dan pengalaman manusia.
Pembicaraan (1)

Di mana berakhir pembicaraan? Di ruang
dalam atau jauh di larut malam atau
waktu duduk belunjur menanti api mati di tepi tungku.
Apakah tanda pembicaraan? Puntung
rokok yang belum dihisap atau sisa kopi di cangkir atau
suara tamu terakhir yang meninggalkan ambang pintu.
Apakah hasil pembicaraan? Pertengkaran
mulut atau bual sombong sekadar membenarkan perbuatan atau
omong kosong mengisi waktu tak menentu.
Ah, baik diam dan merasakan keramahan
pada tangan yang menjabat dan mata merindu.
Dalam keheningan detik waktu adalah pilu yang
menggores dalam kalbu.

Pembicaraan (2)

Kau harus memberi lagi
sebuah cermin dari kaca
di mana aku bisa melihat muka
atau bawa aku ke tepi kolam di kebun belakang
atau cukup matahari
yang menjatuhkan bayang hitamku di atas pasir
kau lantas berpaling dan bilang:
kita berdua di halaman.
Sungguh, aku membutuhkan kawan
pada subuh hari
dan melalui kabut
menyambut tangan:
jangan takut!
atau suara
yang meyakinkan diri
aku tak sendiri.

Pembicaraan (3)

Kita berhenti di pinggir danau
dan membasuh luka-luka
- pisau belatimu menggores kulit dada -
Melihat kau berkerumuk
seperti memandang bayangku sendiri:
Mengapa kita di sini?
Besok kita bangkit lagi berkelahi
Ketika terban hari
aku memeluk dan mencium di ubun
Beri aku ampun, beri aku ampun
Kau menangis tersedu
Angin teduh sejak pagi
Angin dari hutan cendana

Pembicaraan (4)

Berdiri di balik dinding
kau menanti
tapi tak perawan lagi
tapi sebagai bidadari
bersayap
Aku bertiarap dengan tubuh luka
dari berkelahi. Mukamu tua.
Kau menyambut tanganku dan berkata:
- Kita telah banyak melihat dan mengalami,
Lewat dosa hanya kita bisa dewasa -
Dan kauantar aku ke kamar penganten
dengan hiasan bunga di kelambu
dan tilam biru bau kenanga
Kita capek dan bergulingan
sehingga lupa penyesalan
Hari mekar dan bercahaya:
Yang ada hanya sorga. Neraka
adalah rasa pahit di mulut
waktu bangun pagi.

Pembicaraan (5)

Kita membayangkannya serupa
seperti yang pernah dialami.
Seperti potret, hitam-putih:
ini pusat kota, itu gunung
dan di atas itu langit yang sama,
dengan meganya. Gambar
kenangan yang dibawa di kantong
yang setiap waktu dikeluarkan
dan dipandangi lama: dulu
aku pernah lewat lorong itu
bersepeda, - hari panas -
dengan Sita membonceng di belakang.
Kehidupan begitu susah tetapi senang.
Dan ada pula potret keluarga
bersama isteri dan mertua
dan Sita duduk di pangkuan.
Gambar lama ditempelkan hati-hati
di halaman album kenangan.
Jangan koyak! Aku bisa gila
terbangun dari mimpi. Di kamar baca
dinding yang menghadang makin dingin
dan ngeri.

Februari, 1967

Sumber: Horison (Februari, 1967)

Analisis Puisi:
Puisi "Pembicaraan" karya Subagio Sastrowardoyo menciptakan suasana introspektif yang dalam dan penuh makna. Dengan mempertimbangkan setiap bagian puisi, kita dapat melihat bahwa karya ini membahas tema-tema seperti kesendirian, kerinduan, perdebatan, dan refleksi hidup.

Pembicaraan (1)

Tanda dan Hasil Pembicaraan: Bagian pertama puisi membuka pembicaraan dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang di mana pembicaraan berakhir, apa tanda-tanda pembicaraan, dan apa hasil dari pembicaraan itu sendiri. Penulis menyuguhkan gambaran-gambar seperti "ambang pintu," "rokok yang belum dihisap," dan "cangkir kopi" untuk menggambarkan momen-momen setelah pembicaraan berakhir. Kemudian, penulis menyatakan kebaikan diam, menekankan pentingnya merasakan keramahan di antara orang-orang.

Pembicaraan (2)

Kebutuhan Akan Teman dan Pengertian: Bagian kedua menghadirkan sebuah permintaan untuk kehadiran teman atau pengertian dari orang lain. Penulis merindukan hubungan yang lebih dekat dengan kata-kata seperti "aku membutuhkan kawan," yang mencerminkan kebutuhan manusia akan kedekatan sosial dan hubungan interpersonal, terutama pada saat-saat sulit seperti subuh.

Pembicaraan (3)

Kesetiaan dan Penyesalan: Bagian ketiga membawa pembaca ke situasi yang penuh emosi, dengan gambaran di pinggir danau dan perjuangan melalui luka-luka. Ada nuansa penyesalan yang mendalam, namun ada juga keinginan untuk meminta maaf dan mendapatkan pengampunan. Potret alam, seperti "angin teduh sejak pagi" dan "angin dari hutan cendana," memberikan warna dan kedamaian dalam keadaan yang mungkin penuh konflik.

Pembicaraan (4)

Penerimaan Terhadap Kematangan: Bagian keempat membahas tahapan hidup yang melibatkan pertumbuhan dan penerimaan akan penuaan dan pengalaman. Dengan gambaran seorang wanita yang telah melalui perjalanan panjang, penulis menyampaikan pesan kebijaksanaan bahwa melalui dosa, manusia dapat dewasa. Ada juga elemen cinta dan perdamaian di akhir bagian ini, menciptakan gambaran tentang sorga dan neraka sebagai bagian integral dari kehidupan.

Pembicaraan (5)

Potret Hidup dan Kenangan: Bagian terakhir menghadirkan gambaran kenangan sebagai potret hitam-putih yang dipegang erat oleh penulis. Ada rasa nostalgia dan kehangatan di dalam gambar-gambar tersebut, menciptakan perbandingan antara masa lalu dan kini. Ketakutan akan kehilangan dan kematian mencuat sebagai elemen yang dapat mengguncang stabilitas emosional penulis.

Secara keseluruhan, puisi "Pembicaraan" karya Subagio Sastrowardoyo membangun suasana refleksi mendalam tentang kehidupan, hubungan sosial, dan pengalaman manusia. Dengan menggambarkan momen-momen kecil dan memaknainya secara filosofis, penulis menciptakan karya yang mengundang pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan hubungan antarmanusia. Pilihan kata yang indah dan gambaran yang kuat membuat puisi ini menjadi karya sastra yang penuh warna dan sarat makna.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Pembicaraan
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.