Puisi: Selamat Pagi (Karya Remy Sylado)

Puisi "Selamat Pagi" karya Remy Sylado menggambarkan perjalanan spiritual dan pertimbangan eksistensial seseorang yang mencari makna dalam ...
Selamat Pagi


Aku datang pada-Mu ketika embun belum kering
di atas segar mawar melati anyelir gladiola
Dan matari masih bersimpan diri di timur
tempat ketakutan-ketakutan diucapkan sering
demi kesombongan-kesombongan yang putus asa

Aku ingin bicara keras-keras pada ada-Mu
walau aku sudah mengaku pelan-pelan pada adaku
telanjang seperti Adam dan Hawa moyang rohku
Berapa panjang jalan dalam perjalanan kelana
bagi jiwa yang menumpang pada sosok tubuh

Apakah aku hanya melihat Kanaan dari jauh
sedangkan Musa yang berjuang habis-habisan
seperti segala johan yang menyangkal diri
menikmati hasil kerjanya di dunia seberang
Tapi bolehkah aku punya hak untuk bertanya
padahal Ibrahim bapakku mendengar dan berbuat

Sekarang aku masuk-keluar gerbang kesenangan
meraba diri dalam keraguan oleh kabut menjelaga
Namun aku dengar talun dari budiku mengundang
sebelum aku berangsur ubah menjadi bentuk
telah menetap wujud Kata di awal tarikh
yang terus, dan terus, menyedot citra diri
kembali ke wilayah asal Kata di akhir tarikh

Dan kupejamkan mata, oh, aku tetap melihat
hari ini, seperti hari lalu, dalam adaku
sang waktu masih setia menggilir tugas hadir
setelah pengetahuan malam ada pengetahuan siang

Aku datang pada-Mu ketika embun belum kering
di atas segar mawar melati anyelir gladiola
Selamat pagi, aku sujud, ya Allah akbar.


Analisis Puisi:
Puisi "Selamat Pagi" karya Remy Sylado adalah sebuah karya yang mendalam dan sarat dengan makna. Puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual dan pertimbangan eksistensial seorang individu yang mencari makna dalam hubungannya dengan Tuhan.

Pembukaan yang Menenangkan: Puisi ini dibuka dengan suasana yang tenang dan damai, dengan gambaran embun yang masih basah di atas bunga-bunga. Pembukaan ini menciptakan nuansa kesucian dan kecantikan alam yang segar.

Referensi Keagamaan: Puisi ini mencakup referensi keagamaan yang kuat, dengan penyebutan Musa, Ibrahim, dan berbagai tokoh agama. Ini menciptakan latar belakang keagamaan yang dalam untuk eksplorasi spiritual dalam puisi.

Pertanyaan Eksistensial: Puisi ini menggambarkan pertanyaan eksistensial yang mendalam tentang peran seseorang dalam kehidupan dan hubungannya dengan Tuhan. Penyair mencari pemahaman tentang apakah dia hanya seorang penonton dalam kehidupan atau memiliki hak untuk bertanya.

Konsep Waktu: Penyair mencermati konsep waktu dalam puisi ini, dengan menggambarkan waktu sebagai sesuatu yang berkelanjutan dan setia dalam menentukan takdir manusia. Hal ini menciptakan rasa ketundukan terhadap keberadaan dan pengaruh Tuhan dalam hidupnya.

Penyadaran Spiritual: Pada akhir puisi, penyair mencapai pemahaman atau penyingkapan spiritual. Dia menyadari bahwa keberadaannya adalah bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar dan dia bersujud dalam penerimaan akan hal tersebut.

Bahasa Puitis: Remy Sylado menggunakan bahasa yang puitis dan metaforis dalam puisi ini, seperti "segala johan yang menyangkal diri" dan "talun dari budiku mengundang." Ini menciptakan lapisan makna dalam puisi dan mengundang pembaca untuk merenungkan setiap kata dengan cermat.

Puisi "Selamat Pagi" adalah sebuah karya yang mendalam dan penuh dengan makna. Ini menggambarkan perjalanan spiritual seorang individu yang mencari pemahaman tentang dirinya sendiri dan hubungannya dengan Tuhan. Puisi ini menggabungkan elemen-elemen keagamaan, eksistensial, dan puitis untuk menciptakan sebuah karya sastra yang penuh dengan kebijaksanaan dan refleksi.

"Puisi Remy Sylado"
Puisi: Selamat Pagi
Karya: Remy Sylado
© Sepenuhnya. All rights reserved.