Puisi: Senja (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Senja" karya Subagio Sastrowardoyo menyajikan perasaan penyair terhadap senja sebagai suatu pengalaman yang sarat dengan makna dan emosi.
Senja

Aku tak tahan melihat senja
Kututup daun pintu supaya tak tembus sinarnya
Saat paling baik adalah berada
di kapal terbang menuju ke timur
atau sedang tertidur
di kereta api sehingga senja lekas terlewati

Senja mengingatkan aku kepada
Perpisahan yang diulur-ulur
dan kepada keraguan antara
kehadiran dan kemusnahan
mengapa tidak sekaligus mati
sehingga orang tak sempat
meneteskan air mata
aku terus menghindari senja
senja yang membawa sedih selalu.


Sumber: Simfoni Dua (1990)

Analisis Puisi:
Puisi "Senja" karya Subagio Sastrowardoyo adalah karya yang penuh dengan nuansa melankolis dan refleksi mengenai perasaan terhadap senja.

Ketidakmampuan Menahan Senja:
  • Puisi dimulai dengan pernyataan bahwa penyair tidak mampu menahan diri untuk melihat senja.
  • Ada kemungkinan bahwa senja di sini menjadi simbol dari keindahan yang juga menyiratkan kesedihan atau perpisahan.
Menutup Daun Pintu:
  • Langkah penyair untuk menutup daun pintu agar sinar senja tak tembus menunjukkan tindakan fisik untuk menghindari atau melindungi diri dari pengaruh senja.
  • Ini mungkin mencerminkan ketidaknyamanan atau keengganan terhadap perasaan yang bisa muncul ketika melihat senja.
Perasaan Terbaik dalam Perjalanan:
  • Penyair menyatakan bahwa saat terbaik adalah berada di kapal terbang menuju ke timur atau tertidur di kereta api.
  • Perjalanan ini mungkin dianggap sebagai pelarian atau cara untuk menghindari atau meredakan perasaan yang muncul pada saat senja.
Senja Sebagai Simbol Perpisahan:
  • Senja diidentifikasi sebagai pengingat perpisahan yang diulur-ulur, menciptakan suasana nostalgia dan keraguan.
  • Ketidakpastian antara kehadiran dan kemusnahan bisa menjadi cerminan dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin terjadi dalam pikiran penyair.
Menghindari Senja:
  • Penyair mengakui bahwa ia terus menghindari senja karena selalu membawa kesedihan.
  • Hal ini menunjukkan bahwa penyair mungkin mengasosiasikan senja dengan pengalaman atau kenangan yang menyakitkan.
Puisi "Senja" menyajikan perasaan penyair terhadap senja sebagai suatu pengalaman yang sarat dengan makna dan emosi. Dengan menggambarkan senja sebagai simbol perpisahan dan ketidaknyamanan, puisi ini berhasil merangkai kata-kata untuk menyampaikan nuansa kepedihan dan melankolis yang melingkupi suasana senja.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Senja
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.