Puisi: Silaturahmi (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Silaturahmi" karya Dimas Arika Mihardja menekankan pentingnya merenungkan makna pertemuan dalam hubungan manusia dan bagaimana meskipun ...
Silaturahmi


Sekian kali kukunjungi
makam-makam peradaban di altar persembahan
kita sama merasa asing oleh derap-waktu
dan tahu jalan yang dituju taktentu

Berapa ribu kita bercumbu
mengurai misteri jarak pendakian
tapi tak satu jua arti bisa dipahami

Di atas geriap sayap-sayap keasingan
kembali kueja makna pertemuan ini
hingga waktu enggan berbagi.


Analisis Puisi:
Puisi "Silaturahmi" karya Dimas Arika Mihardja adalah sebuah karya yang merenungkan tema hubungan antara individu-individu dalam masyarakat. Dengan kata-kata yang indah dan makna yang dalam, penyair menyampaikan pemikiran tentang keasingan dan ketidakpastian dalam hubungan serta usaha untuk memahami dan menghubungkan diri dengan orang lain.

Ketidakpastian dalam Hubungan Manusia: Puisi ini menciptakan nuansa ketidakpastian dalam hubungan manusia. Penyair menggunakan metafora "makam-makam peradaban" untuk merujuk pada sejarah panjang peradaban manusia yang telah berlalu. Meskipun kita memiliki akses ke pengetahuan dan pengalaman masa lalu, kita masih merasa asing oleh "derap-waktu" yang tak terelakkan. Ini mencerminkan ketidakpastian tentang bagaimana kita dapat memahami dan menghubungkan diri dengan orang-orang yang datang sebelum kita.

Pencarian Makna dalam Pertemuan: Penyair mengekspresikan bahwa meskipun kita memiliki berbagai kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang lain ("Berapa ribu kita bercumbu"), seringkali kita merasa kesulitan untuk benar-benar memahami dan mengartikan hubungan tersebut. "Tak satu jua arti bisa dipahami," mencerminkan bahwa banyak pertemuan dalam hidup kita mungkin tidak menghasilkan pemahaman yang dalam atau makna yang jelas.

Makna Pertemuan yang Singkat: Penyair merenungkan kenyataan bahwa, dalam menghadapi keterbatasan waktu dan kehidupan, pertemuan-pertemuan dengan orang lain kadang-kadang singkat. Kata-kata "geriap sayap-sayap keasingan" menciptakan gambaran tentang keterbatasan waktu yang singkat dalam menjalin hubungan. Namun, meskipun demikian, pertemuan-pertemuan ini masih memiliki makna yang penting, dan penyair merasa perlu untuk "kueja makna" dari pertemuan ini.

Ketidaktentuan Waktu: Puisi ini menggarisbawahi ketidaktentuan waktu dalam menjalani kehidupan. Waktu dianggap sebagai entitas yang tidak bersedia berbagi makna dengan manusia dan "enggan berbagi." Ini mencerminkan konsep waktu yang berlalu dengan cepat dan tidak dapat diprediksi, yang membuat manusia merasa terburu-buru untuk memahami dan menghubungkan diri dengan orang lain sebelum waktu itu berakhir.

Puisi "Silaturahmi" menciptakan suasana refleksi tentang ketidakpastian, hubungan, dan waktu dalam kehidupan manusia. Penyair menekankan pentingnya merenungkan makna pertemuan dalam hubungan manusia dan bagaimana meskipun kadang-kadang singkat, pertemuan-pertemuan ini masih memiliki makna yang mendalam. Puisi ini mengundang pembaca untuk memikirkan dan menghargai hubungan antarmanusia dalam konteks waktu yang terus berjalan.

"Puisi Dimas Arika Mihardja"
Puisi: Silaturahmi
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.