Puisi: Sketsa Rumah Tua (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Sketsa Rumah Tua" karya Dimas Arika Mihardja bukan hanya tentang bangunan fisik, tetapi juga tentang ingatan, nostalgia, dan sejarah yang ...
Sketsa Rumah Tua
(: Hazim Amir)


Sebuah rumah tua
Tak lelah meriwayatkan diri
Angin senja hinggap di daun jendela
Dan segala rahasia mengendap di dada.

Duduk di ruang tamu
Aku berguru pada topeng-topeng kayu berdebu
: inilah aku, masa lalu yang membiru
Segala lagu bernyanyi di situ
Segala haru mengendap di liang waktu.

Pada keramik tanah
Sejarah tak lelah mendesah
: seperti air, aku ngalir menuju laut lepas
Mengibaskan batu-batu cadas
Melecut segala kemelut hidup
Sebelum pada akhirnya larut ditelan kabut.


Analisis Puisi:
Puisi memiliki keajaiban untuk merangkai kata-kata menjadi lukisan makna, membawa pembaca masuk ke dalam dunia yang diciptakan oleh sang penyair. Salah satu karya yang menyentuh dan membangkitkan imaji nostalgia adalah puisi "Sketsa Rumah Tua" karya Dimas Arika Mihardja.

Tema Nostalgia dan Rumah Tua: Puisi ini menggambarkan rumah tua sebagai saksi bisu dari sejarah yang telah terjadi. Rumah tua menjadi narator yang tak lelah meriwayatkan kisahnya. Tema nostalgia terasa kuat, di mana rumah tua menjadi representasi masa lalu yang penuh kenangan. Keberadaan rumah tua menciptakan suasana melankolis yang mengundang pembaca untuk mengenang.

Personifikasi pada Rumah Tua: Penyair menggunakan teknik personifikasi untuk memberikan kehidupan pada rumah tua. Rumah tua tidak hanya menjadi bangunan fisik, melainkan entitas yang memiliki kemampuan untuk meriwayatkan diri. Hal ini menciptakan ikatan emosional antara pembaca dan rumah tua, seolah-olah rumah itu sendiri memiliki perasaan dan ingatan.

Simbolisme Angin Senja dan Daun Jendela: Angin senja yang hinggap di daun jendela membawa nuansa romantis dan damai. Simbolisme ini mungkin mencerminkan peralihan waktu dari siang ke senja, menggambarkan fase perjalanan hidup. Daun jendela menjadi saksi bisu dari setiap cerita yang dihadapi oleh rumah tua, seolah-olah daun tersebut adalah halaman-halaman buku hidup yang terbuka.

Topeng-Topeng Kayu Berdebu dan Masa Lalu yang Membiru: Penggambaran penyair yang duduk di ruang tamu dan berguru pada topeng-topeng kayu berdebu memberikan sentuhan keunikan. Topeng-topeng kayu ini dapat diartikan sebagai simbol dari masa lalu yang telah berlalu dan memudar. Masa lalu yang membiru menunjukkan adanya kenangan yang sudah melekat, seperti catatan warna biru pada lukisan.

Keramik Tanah dan Sejarah yang Mendesah: Pada keramik tanah, sejarah tak lelah mendesah. Ini dapat diartikan sebagai kesaksian benda-benda sehari-hari yang menyimpan kisah lama. Simbolisme air yang mengalir menuju laut lepas menciptakan gambaran tentang perjalanan hidup yang tak terhindarkan menuju tujuan akhir.

Batu-Batu Cadas dan Kemelut Hidup: Penggunaan batu-batu cadas menciptakan gambaran kerasnya hidup. Melecut segala kemelut hidup, rumah tua dengan setiap retak dan goresannya menjadi saksi dari perjuangan hidup yang sulit. Kabut pada akhirnya melambangkan ketidakpastian dan kerahasiaan akan nasib akhir dari setiap perjalanan hidup.

Puisi "Sketsa Rumah Tua" bukan hanya kumpulan kata, melainkan serangkaian lukisan kata-kata yang mengajak pembaca merenung dan mengenang. Dengan menggunakan simbol dan metafora, Dimas Arika Mihardja berhasil meretas lapisan-lapisan emosional dan psikologis dari sebuah rumah tua. Puisi ini bukan hanya tentang bangunan fisik, tetapi juga tentang ingatan, nostalgia, dan sejarah yang melekat pada setiap sudutnya.

"Puisi Dimas Arika Mihardja"
Puisi: Sketsa Rumah Tua
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.