Puisi: Stasion (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Stasion" karya Subagio Sastrowardoyo menghadirkan gambaran yang mendalam tentang kehidupan sehari-hari di sebuah stasiun kereta api.
Stasion

Adakah sorga seperti stasion ini
tempat kereta lelah berhenti
dengan tulang besi-besi bersilang
dengan muka penumpang gilap berkeringat
dan debu arang mengendap
Adakah gerimis itu di jendela
dan puntung rokok mengepul
Dan berita politik dari koran
dengan inflasi, kelaparan dan bunuh diri.
Nabi,
aku terlalu sayang kepada petualangan ini
di mana hati kembali bocah lagi
orang asing menjadi sobat
dan gadis alim di sudut
menjadi iseng karena resah berharap.
Adakah di sorga kasih dan derita ini
dengan senang sebentar menjelang.
Nabi, aku ingin masuk sorga.


Sumber: Simfoni Dua (1986)

Analisis Puisi:
Puisi "Stasion" karya Subagio Sastrowardoyo menghadirkan gambaran yang mendalam tentang kehidupan sehari-hari di sebuah stasiun kereta api.

Metafora Stasion sebagai Dunia: Stasion dalam puisi ini tidak hanya menggambarkan sebuah tempat fisik di mana kereta berhenti. Lebih dari itu, stasion menjadi sebuah metafora untuk kehidupan manusia di dunia ini. Stasion adalah tempat di mana orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat bertemu, bersama dengan segala kesibukan dan kegelisahan mereka.

Keramaian dan Kesibukan: Puisi ini menampilkan keramaian dan kesibukan yang terjadi di stasion. Ada gambaran kereta yang berhenti, penumpang yang gilap berkeringat, dan debu arang yang mengendap. Ini menciptakan suasana yang hidup dan bergerak, menangkap kegiatan sehari-hari yang terjadi di stasiun kereta.

Realitas Kehidupan: Subagio Sastrowardoyo dengan cermat menggambarkan realitas kehidupan sehari-hari, termasuk kondisi sosial dan politik yang dihadapi oleh masyarakat. Berita politik dari koran, inflasi, kelaparan, dan bunuh diri adalah contoh-contoh dari tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh banyak orang.

Rindu akan Sorga: Meskipun dihadapkan pada realitas kehidupan yang keras, penyair merenungkan tentang adanya "sorga" di mana semua penderitaan dan kesulitan akan berakhir. Ada rasa kerinduan untuk masuk ke dalam sorga, tempat di mana kebahagiaan dan kesenangan sebentar menjelang.

Kepedulian terhadap Manusia: Puisi ini juga mencerminkan kepekaan dan kepedulian penyair terhadap nasib manusia. Ia menciptakan gambaran yang penuh empati terhadap kehidupan sehari-hari orang-orang di stasion, serta aspirasi untuk mencari kedamaian dan kesempurnaan di sorga.

Dengan demikian, puisi "Stasion" tidak hanya merupakan deskripsi fisik dari sebuah tempat, tetapi juga merupakan meditasi mendalam tentang kehidupan manusia, tantangan yang dihadapi, dan aspirasi untuk menemukan kedamaian dan keselamatan.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Stasion
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.