Puisi: Tamu (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Tamu" karya Subagio Sastrowardoyo menggambarkan pertemuan tak terduga dengan seorang tamu yang memiliki agenda misterius. Dalam puisi ini, ...
Tamu


Lelaki yang mengetuk pintu pagi hari
sudah duduk di ruang tamu. Aku baru
bangun tidur. Tapi rupanya ia tidak
merasa tersinggung waktu aku belum
mandi dan menemui dia. Rambutku masih
kusut dan pakaianku hanya baju kumal
dan sarung lusuh.

“Aku mau menjemput,” katanya pasti,
seolah-olah aku sudah berjanji sebelumnya
dan tahu apa rencananya.

“Bukankah ini terlalu pagi?” tanyaku ragu.
“Dia sudah menunggu!” Ia nampak tak sabar
dan tak senang dibantah. Aku belum tahu
siapa yang ia maksudkan dengan “dia”,
tetapi sudah bisa kuduga siapa.

“Tetapi aku perlu waktu untuk berpisah
dengan keluarga. Terlalu kejam untuk
meninggalkan mereka begitu saja. Mereka
akan mencari.”

Nampaknya tamu itu begitu angkuh seperti
tak mau dikecilkan arti. Siapa dapat lolos
dari tuntutannya.

Sebelum aku sempat berbenah diri ia telah
menyeret aku ke kendaraannya dan aku dibawanya
lari entah ke mana. Ke sorga atau ke neraka?


Sumber: Simfoni Dua (1990)

Analisis Puisi:
Puisi "Tamu" karya Subagio Sastrowardoyo menggambarkan pertemuan tak terduga dengan seorang tamu yang memiliki agenda misterius. Dalam puisi ini, penulis mengeksplorasi konsep kejutan, ketidaknyamanan, dan ketidakpastian.

Metafora Pagi Hari: Pembukaan puisi dengan "Lelaki yang mengetuk pintu pagi hari" menciptakan gambaran tentang kejutan yang datang pada waktu yang tidak terduga. Pagi hari sering kali dihubungkan dengan keceriaan atau kehidupan yang baru, namun di sini menciptakan nuansa ketidaknyamanan.

Gambaran Fisik yang Mewakili Keadaan Emosional: Deskripsi fisik pembicara, seperti rambut kusut dan pakaian kumal, mencerminkan keadaan emosional yang terganggu dan tidak siap menghadapi situasi yang muncul begitu tiba-tiba.

Dialog yang Membingungkan: Dialog antara pembicara dan tamu menciptakan ketidakpastian dan kebingungan. Pembicara tampaknya tidak tahu apa yang diharapkan dari mereka, dan tamu itu tidak memberikan penjelasan yang jelas.

Rasa Takut dan Kekuasaan Tamu: Ungkapan "Dia sudah menunggu!" dan sikap tamu yang angkuh menciptakan suasana rasa takut dan kekuasaan yang dimilikinya. Pembicara merasa terpaksa mengikuti tamu tersebut.

Konflik Antara Kewajiban dan Kehendak Pribadi: Pembicara mengekspresikan keinginan untuk berpisah dengan keluarga mereka dengan layak, namun merasa terjebak dalam permintaan tamu yang tampaknya tidak bisa ditolak.

Misteri dan Ketidakpastian: Puisi ini menimbulkan rasa misteri seputar identitas tamu dan tujuan sebenarnya dari pertemuan ini. Tidak dijelaskannya siapa "dia" yang dimaksudkan menambah lapisan ketidakpastian.

Keberanian Pembicara: Walaupun dalam kebingungan dan ketidaknyamanan, pembicara tetap menyuarakan kebutuhan untuk waktu dan persiapan sebelum meninggalkan keluarga.

Puisi "Tamu" menciptakan suasana misteri dan ketidaknyamanan melalui gambaran pertemuan tak terduga dengan tamu yang memiliki kekuatan dan kepastian. Puisi ini menggugah perasaan ketidakpastian dan kekacauan yang terkandung dalam situasi yang tidak terduga dan menimbulkan pertanyaan tentang kekuasaan dan kontrol.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Tamu
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.