Puisi: Ballada Setengah Baya (Karya Toeti Heraty)

Puisi "Ballada Setengah Baya" karya Toeti Heraty menggambarkan kisah tentang seorang wanita yang menunggu pacarnya di suatu losmen di Kampung Bali.
Ballada Setengah Baya


di suatu losmen di Kampung Bali
agak terhormat dengan dengan sebutan wisma
seorang wanita setengah baya, menunggu pacarnya
kamar yang tigaribu perak itu pengap
dengan kipas angin yang macet selalu
kamar mandi agak berlumut, tapi air jernih
gayung plastik kuning, alas ranjang berwarna biru
tembok tidak begitu bersih, berdebu
ada coretan spidol: “Romeo dan Julia”

di bawahnya “Cicih dan Iman”, gambar jantung
         ditembus dua panah beradu

tak apa menunggu -, hanya agak terganggu
atau lebih tepat tersinggung barangkali
oleh pemilik losmen yang tadi membiarkannya
naik tangga tapi sambil bertanya-tanya:
“ini perempuan dipesan, datangnya
terlalu terburu-buru, meskipun
agak malu-malu”
di luar bunyi-bunyi jalanan terdengar
nenek cerewet memaki-maki, jemuran
dikotori anak-anak bermain tadi

tak apa menunggu -, meski sudah agak lama
apa gerangan, yang menunda kedatangannya
ia duduk, kemudian terbaring, bantal didekap
gelisah, menghalau macam-macam pertimbangan:
“sayang -, aku sangat rindu dan butuh
jangan sekali-kali kau khianati janji
walau pun terbiasa, sudah
mengkhianati istri –
ini bukan sembarang kencan, kita sudah
lama hubungan -, sedikit manisnya hidup
hendak kukecup, ah, ini
hak azazi yang sangat kuharap”

jangan-jangan ia telah sadar kembali
kemudian pulang pada istri, di sana
‘kan ada pertimbangan juga:
“bukankah aku telah cukup berbakti
membesarkan anak, nafkah dibantu mencari
hutang-hutang telah kita lunasi
hubungan dengan mertua lumayan, meski
dititipi ipar-ipar sialan”
hari-hari Minggu, waktu Lebaran
hari-hari selamatan, acara arisan
sekali-sekali nonton berdua, membicarakan
tetangga, itu pun semacam ikatan juga…
“apa lagi yang kutunggu di sini
tak tahu malu -, pasti ia telah kembali
apa pula yang kuharap, tak sepantasnya
kutunggu suami orang – 

pas pintu berderak, ia masuk bawa tas echolac
tak ada yang tertunda lagi
sekian pertimbangan tidak laku lagi
tanpa perlu basa-basi, peluk cium
membuang waktu, karena ranjang
tadinya benua antara kutub utara dan
antartika, kini
telah diseberangi oleh dua makhluk setengah baya
yang di antara mesum debu, saksi-saksi bisu
mengecap madu -, hidup
yang tidak begitu muda lagi
telah cukup dilukai, dan saling membelai,
mengecup bekas duri, senjata tajam, berbagai
torehan luka kehidupan
dalam waktu satu, dua jam, sempat mujarab
disembuhkan –

memang,
tak banyak kesempatan
lalu pintu diketuk lagi:
“kamar tadi sudah dibayar,
ini kembalinya sekalian
handuk kami antar
lantas pesan minum apa?”


1980

Sumber: Manifestasi Puisi Indonesia Belanda (1986)

Analisis Puisi:
Puisi "Ballada Setengah Baya" karya Toeti Heraty menggambarkan kisah tentang seorang wanita setengah baya yang menunggu pacarnya di suatu losmen di Kampung Bali.

Kesendirian dan Tungguan yang Terganggu: Puisi ini menciptakan gambaran tentang ruang dan kesendirian yang dialami wanita tersebut di kamar losmen. Meski menunggu, ia merasa agak terganggu oleh pemilik losmen yang mengejutkannya dan menimbulkan kebingungan.

Pertimbangan-pertimbangan Hati: Puisi menggambarkan kegelisahan hati wanita tersebut. Ia berusaha menenangkan diri, mempertimbangkan hubungan yang telah lama terjalin, tetapi juga merasa terganggu oleh pikiran-pikiran tentang kesetiaan dan moralitas.

Keputusan yang Dihubungkan dengan Kesempatan: Saat pacarnya akhirnya tiba, pertimbangan-pertimbangan sebelumnya terabaikan. Sebuah momen berharga terwujud saat keduanya bertemu, menyingkirkan pertimbangan-pertimbangan sebelumnya dan menghadirkan momen intim yang berkesan.

Penyelesaian yang Mendadak: Puisi ini menggambarkan penyelesaian yang terjadi dengan cepat, menunjukkan bahwa seringkali keputusan dibuat tanpa banyak pertimbangan, hanya berdasarkan keinginan saat itu.

Resolusi dan Kembalinya Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini berakhir dengan kembali ke realitas, di mana pemilik losmen datang untuk menagih biaya kamar, mengingatkan bahwa momen spesial tadi hanya sesaat, dan kini kembali ke rutinitas sehari-hari.

Secara keseluruhan, puisi "Ballada Setengah Baya" menciptakan narasi yang melibatkan pikiran dan emosi seorang wanita yang menunggu pacarnya dan bagaimana pertimbangan-pertimbangan moralnya berubah ketika saat itu tiba. Menyajikan pengalaman singkat yang terasa intim dan intens, puisi ini merenungkan keputusan, moralitas, dan momen-momen yang tiba dengan cepat dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi Toeti Heraty
Puisi: Ballada Setengah Baya
Karya: Toeti Heraty

Biodata Toeti Heraty:
  • Toeti Heraty lahir pada tanggal 27 November 1933 di Bandung.
  • Toeti Heraty meninggal dunia pada tanggal 13 Juni 2021 (pada usia 87) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.