Puisi: Borobudur (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Borobudur" karya Linus Suryadi AG merangkum pengalaman dan refleksi penyair tentang Borobudur, sebuah situs bersejarah di Indonesia yang ...
Borobudur (1)

Di Borobudur
Hampir tak percaya
Arca-arca Buddha
Tanpa kepala

Tinggal gembung
Di tempatnya
Diam terkungkung
Jagad yang tua

Kau menebak
Penuh murka:
Ini seloka
Atau realita?

Kulihat saja
Pedagang Jawa
Kaum turis
Berpariwisata

Warung dan restaurant
Sedia pula
Hotel dan pasar
Di bawahnya

Borobudur (2)

Pegunungan
Di selatan
Raksasa pulas
Sepanjang zaman

Apa pula
Kau jaga
Bila napsu
Menghanyutkan raga?

Jiwa lena
Dalam alpa
Nglumpruk
Di pusarannya!

Arus hidup
Tambah deras
Kita pun kuyup
Bisakah bebas?

Mana raga
Mana jiwa
Sukma terlindas
Di jalan-jalan raya

Borobudur (3)

Bukan samadi
Atau tafakur
Di lembah Dagi
Kita ngluyur

Ke mana kau
Akan mencari
Dalam risau
Di terik hari

Tatkala rindang
Pohon Boddhi
Rebah dan tumbang
Tak ada ganti

Tidakkah tinggal
Di dalam diri
Di luar khayal
Sebuah candi

Kembang Tanjung
Mekar sekali
Harum dan ranum
Suatu pagi?

Borobudur (4)

Ada versi lain
Kecuali pusat
Perbelanjaan
Barang kerajinan

Ada arti lain
Kecuali hakikat
Bangunan suci
Yang diperdagangkan

Tempat samadi,
Ritus kerajaan,
Kraton sejati,
Ataukah makam?

Warisan ganti
Ajang penghiburan
Padamlah api
Korban pencucian

Ada tak terpaut
Dalam timbangan
Kecuali perut
Penghasil income

Borobudur (5)

Jamur dan waktu
Bagai benalu
Tumbuh subur
Menggerogoti batu

Kepalamu
Hatimu
Sikapmu
Pandanganmu

Yang kaku
Terlepa semen
Beton bertulang
Tidakkah kau tahu?

Coba tunjukkan
Pohon bujursangkar
Daun trapesium
Bunga limasan

Kecuali bundar
Lonjong panjang
Luwes dan lentur
Warna bergantian

Benjolan-benjolan
Kepribadian

Sumber: Kembang Tanjung (1988)

Analisis Puisi:

Puisi "Borobudur" karya Linus Suryadi AG merangkum pengalaman dan refleksi penyair tentang Borobudur, sebuah situs bersejarah di Indonesia yang kaya akan warisan budaya dan spiritual. Puisi ini menggambarkan pertemuan antara keagungan dan kompleksitas manusia dengan warisan budaya yang telah ada sejak zaman purba.

Gambaran Borobudur: Puisi ini dibuka dengan deskripsi visual yang kuat tentang Borobudur, terutama mengenai keberadaan arca-arca Buddha tanpa kepala. Ini menciptakan gambaran paradoks antara keagungan dan ketidaklengkapan, yang mencerminkan realitas manusia dan kehidupan spiritual.

Kontradiksi Modernitas dan Spiritualitas: Penyair menggambarkan kontradiksi antara keadaan Borobudur yang suci dan sejarah modernnya yang terkikis oleh komersialisasi dan perubahan zaman. Dalam deskripsi Borobudur, terlihat perbedaan antara suasana spiritual dan kehadiran warung, restoran, dan hotel.

Pertanyaan Spiritual: Puisi ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang makna spiritualitas dan kebebasan dalam konteks modernitas. Penyair merenungkan apakah kita benar-benar bebas dalam arus kehidupan yang deras atau terkungkung dalam napsu dan keinginan duniawi.

Penafsiran Simbolis: Borobudur digambarkan sebagai simbol kompleksitas manusia dan peradaban. Dalam simbolisme Borobudur, terdapat pertanyaan tentang arti sejati keberadaan dan peran budaya dan spiritualitas dalam kehidupan manusia.

Kritik Sosial: Ada elemen kritik sosial dalam puisi ini, terutama dalam menggambarkan perubahan Borobudur dari tempat yang suci menjadi pusat perbelanjaan dan kepentingan komersial. Hal ini menggambarkan kerusakan budaya dan kehilangan nilai-nilai spiritual dalam masyarakat modern.

Pertanyaan Identitas: Puisi ini juga mengeksplorasi pertanyaan tentang identitas manusia dan budaya, serta peran warisan sejarah dalam membentuk pandangan hidup dan nilai-nilai manusia.

Dengan demikian, puisi "Borobudur" karya Linus Suryadi AG bukan hanya sebuah deskripsi fisik dari situs bersejarah tersebut, tetapi juga merupakan refleksi mendalam tentang kompleksitas manusia, spiritualitas, dan perubahan budaya dalam masyarakat modern.

Linus Suryadi AG
Puisi: Borobudur
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.