Puisi: Daerah Perbatasan (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Daerah Perbatasan" karya Subagio Sastrowardoyo menggambarkan perjuangan dan kesulitan yang dihadapi dalam konteks perjuangan kemerdekaan.
Daerah Perbatasan (1)


Kita selalu berada di daerah perbatasan 
antara menang dan mati. Tak boleh lagi
ada kebimbangan memilih keputusan:
Adakah kita mau merdeka atau dijajah lagi.
Kemerdekaan berarti keselamatan dan bahagia,
Juga kehormatan bagi manusia
dan keturunan. Atau kita menyerah saja
kepada kehinaan dan hidup tak berarti.
Lebih baik mati. Mati lebih mulia
dan kekal daripada seribu tahun
terbelenggu dalam penyesalan.
Karena itu kita tetap di pos penjagaan
atau menyusup di lorong-lorong kota pedalaman
dengan pestol di pinggang dan bedil di tangan.
(Sepagi tadi sudah jatuh korban). Hidup
menuntut pertaruhan, dan kematian hanya
menjamin kita menang. Tetapkan hati.
Tak boleh lagi ada kebimbangan
di tengah kelaliman terus mengancam.
Taruhannya hanya mati.


Daerah Perbatasan (2)


Kita telah banyak kehilangan:
waktu dan harta, kenangan dan teman setia
selama perjuangan ini. Apa yang kita capai:
Kemerdekaan buat bangsa, harga diri dan
hilangnya ketakutan kepada kesulitan.
Kita telah tahu apa artinya menderita
di tengah kelaparan dan putus asa. Kematian
hanya tantangan terakir yang sedia kita hadapi
demi kemenangan ini. Percayalah:
Buat kebahagiaan bersama
tak ada korban yang cukup berharga. Tapi
dalam kebebasan ini masih tinggal keresahan
yang tak kunjung berhenti: apa yang menanti
di hari esok: kedamaian atau pembunuhan
lagi. Begitu banyak kita mengalami kegagalan
dalam membangun hari depan: pendidikan
tak selesai, cita-cita pribadi hancur
dalam kekacauan bertempur, cinta yang putus
hanya oleh hilangnya pertalian. Tak ada yang terus
bisa berlangsung. Tak ada kepastian yang bertahan
Kita telah kehilangan kepercayaan kepada keabadian
Semua hanya sementara: cinta kita, kesetiaan kita.
Kita hidup di tengah kesementaraan segala. Di luar
rumah terus menunggu seekor serigala.


Daerah Perbatasan (3)


Waktu peluru pertama meledak
Tak ada lagi hari minggu atau malam istirahat
Tangan penuh kerja dan mata berjaga
mengawasi pantai dan langit yang hamil oleh kianat
Mulut dan bumi berdiam diri. Satunya suara
hanya teriak nyawa yang lepas dari tubuh luka,
atau jerit hati mendendam mau membalas
kematian.
Harap berjaga. Kita memasuki daerah perang.
Kalau peluru pertama meledak
Kita harus paling dulu menyerang
dan mati atau menang
Mintalah pamit kepada anak dan keluarga
dan bilang: Tak ada lagi waktu buat cinta
dan bersenang. Kita simpan kesenian dan
budaya di hari tua. Kita mengangkat senjata
selagi muda
dan mati atau menang.


Sumber: Daerah Perbatasan (1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Daerah Perbatasan" karya Subagio Sastrowardoyo menggambarkan perjuangan dan kesulitan yang dihadapi dalam konteks perjuangan kemerdekaan.

Daerah Perbatasan (1)

Tema dan Konteks: Puisi ini menciptakan gambaran tentang kondisi "perbatasan" antara hidup dan mati. Penulis menggambarkan situasi di mana individu harus memilih antara kemerdekaan dan penindasan.

Konflik Internal: Terdapat konflik batin antara kemerdekaan dan penindasan. Menunjukkan betapa sulitnya membuat keputusan yang mengancam hidup dan mati, namun kemerdekaan dianggap sebagai satu-satunya jalan keluar yang layak.

Kehidupan dalam Perjuangan: Puisi ini menyoroti bagaimana kehidupan dalam kondisi perjuangan menuntut pengorbanan. Penulis menekankan pentingnya tekad yang kuat dalam menghadapi tantangan perjuangan.

Daerah Perbatasan (2)

Pengorbanan dan Penderitaan: Puisi ini membahas kerugian yang diderita selama perjuangan. Penulis mengungkapkan bagaimana perjuangan memakan korban dalam bentuk waktu, harta, dan kehilangan terhadap kehidupan pribadi.

Pertanyaan Tentang Masa Depan: Terdapat kekhawatiran tentang masa depan, di mana terdapat ketidakpastian atas apa yang akan terjadi. Kemungkinan terjadinya konflik dan kegagalan dalam membangun masa depan merupakan tema yang ditonjolkan.

Kehidupan dalam Kesenjangan: Penulis mengeksplorasi bagaimana kebebasan yang dicapai masih memiliki rasa tidak pasti. Ada perasaan ketidakpastian dan kehilangan harapan dalam membangun masa depan yang lebih baik.

Daerah Perbatasan (3)

Masa Perang dan Pengorbanan: Puisi ini menggambarkan kehidupan selama masa perang, di mana setiap hari terisi dengan kewaspadaan, kerja keras, dan pengorbanan yang mungkin mengarah pada kematian.

Perjuangan dan Kematian: Terdapat penggambaran tentang kewajiban untuk siap mati demi perjuangan. Individu dihadapkan pada situasi di mana mereka harus menyerahkan segalanya untuk melawan dan kemungkinan akan kehilangan hidup.

Pesan Pergi dan Siap Mati: Penekanan pada pesan perpisahan yang menggambarkan keadaan yang meminta kesiapan untuk bertarung, siap mati, dan berkorban, serta menekankan bahwa tidak ada ruang untuk cinta atau kesenangan dalam kondisi perang.

Dengan penekanan pada pengorbanan, ketidakpastian, dan kegigihan dalam perjuangan, puisi ini menciptakan gambaran tentang kondisi perbatasan di mana hidup dihadapkan pada pilihan ekstrem antara hidup dan mati dalam perjuangan untuk kemerdekaan.
Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Daerah Perbatasan
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.