Puisi: Lalu Kita Ragu-Ragu Menyebut (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Lalu Kita Ragu-Ragu Menyebut" menggambarkan perasaan ragu-ragu, kebingungan, dan ketidakpastian dalam menghadapi situasi atau pertemuan yang ..
Lalu Kita Ragu-Ragu Menyebut;
Siapa di Situ


Lalu kita ragu-ragu menyebut; siapa di situ
siapa memadu angan dan kalbu dalam sedu
bersandar di pintu, mabok kepayang duka
hari-hari terjabat dalam gelap, dalam sunyi semesta.

Lalu kita setia menatap batas cakrawala
dinding batas indera ditembus oleh jiwa
yang menggelorakan gairah di dalam dada
untuk menjangkau – kau – jiwaku risau!


1974

Sumber: Langit Kelabu (1980)

Analisis Puisi:
Puisi ini, berjudul "Lalu Kita Ragu-Ragu Menyebut," karya Linus Suryadi AG membawa pembaca dalam pengalaman kebimbangan dan ketidakpastian emosional.

Ragu-Ragu Menyebut Identitas: Ungkapan "siapa di situ" menggambarkan ketidakpastian atau kebingungan dalam mengidentifikasi seseorang. Ini menciptakan atmosfer misterius dan rasa ragu-ragu yang mencirikan suasana puisi.

Pertautan Antara Angan dan Kalbu: Puisi menggambarkan pertautan antara angan dan kalbu, menciptakan rasa terhubung antara dunia khayalan dan perasaan batin. Kata-kata ini merujuk pada hubungan yang kompleks antara pemikiran dan perasaan.

Bersandar di Pintu dan Mabok Kepayang Duka: Gambaran orang yang "bersandar di pintu" menunjukkan seseorang yang berada di ambang sesuatu, mungkin ambang pertemuan atau keputusan penting. "Mabok kepayang duka" menciptakan gambaran kehancuran emosional dan penuh duka.

Hari-Hari Terjabat dalam Gelap dan Sunyi Semesta: Puisi merinci bahwa hari-hari terasa "terjabat dalam gelap" dan "sunyi semesta." Ini menciptakan gambaran tentang kehampaan dan ketidakjelasan dalam hidup, memperkuat nuansa kegelapan dan sepi.

Setia Menatap Batas Cakrawala: Menatap batas cakrawala menunjukkan keinginan untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi atau lebih dalam. Ini dapat diartikan sebagai simbol pencarian makna atau tujuan yang lebih besar.

Dinding Batas Indera Ditembus oleh Jiwa: Ungkapan ini mengeksplorasi pemahaman yang melampaui batasan fisik dan indera. Jiwa, dalam konteks ini, diyakini mampu melewati pembatasan fisik dan mencapai pemahaman yang lebih mendalam.

Gairah di Dalam Dada untuk Menjangkau Jiwa yang Risau: Puisi menyiratkan bahwa, meskipun ada ketidakpastian dan kebingungan, ada gairah di dalam dada untuk mencapai dan memahami jiwa yang risau. Ini menciptakan lapisan optimisme dan semangat di tengah kebimbangan.

Puisi "Lalu Kita Ragu-Ragu Menyebut" menggambarkan perasaan ragu-ragu, kebingungan, dan ketidakpastian dalam menghadapi situasi atau pertemuan yang misterius. Linus Suryadi AG menggunakan bahasa metaforis dan gambaran yang kaya untuk mengeksplorasi dimensi emosional manusia dalam mencari makna dan identitas.

Linus Suryadi AG
Puisi: Lalu Kita Ragu-Ragu Menyebut
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.