Puisi: Lanskap (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Lanskap" karya Linus Suryadi AG mengekspresikan keindahan alam, kontras dengan kehidupan kota, dan makna mendalam tentang keheningan dan ...
Lanskap

Dengan tustel dan tele di tangan
Kita pun membidik langit Besakih
Satu-dua cerecah segar kutilang
Terbang-hinggap. Luput dan tersisih

Hadir berpasangan. Kita terkesima
Tapi tanpa sesaji megah dan langka
Tanpa upacara akbar bagi para dewa
Seperti ketika hari raya Eka Dasa Rudra

Dan semua hiruk pikuk di kota besar
Tawar. Prasangka yang tak terlontar
Terhisap lagi ke dalam rahim purbani
Sunyi: asal mula kehidupan di bumi

Maka di balik pegunungan berjurang
Memutih awan. Horison yang hilang
Bagaikan kabut puncak gunung Agung
Turun. Dia selimuti buah-buahan dan kebun.

Kadisobo, 23 Maret 1987

Sumber: Rumah Panggung (1988)

Analisis Puisi:

Puisi "Lanskap" karya Linus Suryadi AG menghadirkan gambaran lanskap alam dan kehidupan manusia dengan penggunaan bahasa yang indah dan penuh makna.

Pemandangan Alam yang Memikat: Penyair memulai puisi dengan deskripsi pemandangan alam yang memikat, terutama langit Besakih yang menjadi titik fokus. Penggambaran ini mengundang pembaca untuk membayangkan keindahan alam dan kehidupan satwa yang menyertainya.

Simbol Kutilang: Kutilang yang melayang-layang di langit Besakih menjadi simbol keberadaan alam yang hidup dan harmonis. Kehadirannya memberi nuansa keindahan dan kedamaian.

Kontras dengan Kehidupan Kota: Penyair menyajikan kontras antara kehidupan alam yang damai dengan hiruk pikuk kehidupan di kota besar. Tawarannya menunjukkan bahwa kehidupan kota cenderung kehilangan kesejatian dan kedamaian alami.

Makna Keheningan: Puisi ini menyoroti keheningan sebagai asal mula kehidupan di bumi. Dalam keheningan, kita dapat menemukan esensi sejati dari kehidupan dan kembali ke akar-akarnya.

Horison yang Hilang: Penggambaran horison yang hilang mencerminkan perasaan kehilangan dan ketidakpastian dalam kehidupan manusia. Hal ini juga bisa diartikan sebagai kehilangan arah dan visi dalam kehidupan modern.

Simbolisme Gunung Agung: Gunung Agung yang diselimuti kabut menjadi simbol keagungan alam dan keabadian. Kehadirannya mengingatkan kita akan kebesaran alam semesta dan siklus kehidupan yang terus berlanjut.

Puisi "Lanskap" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah karya sastra yang menghadirkan gambaran indah tentang hubungan antara manusia dan alam. Dengan penggunaan bahasa yang kaya dan penuh makna, penyair berhasil mengekspresikan keindahan alam, kontras dengan kehidupan kota, dan makna mendalam tentang keheningan dan horison kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan alam dan menemukan kedamaian dalam keheningan yang ada di sekitar kita.

Linus Suryadi AG
Puisi: Lanskap
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.