Puisi: Menuju Kebudayaan dan Masyarakat Baru (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Menuju Kebudayaan dan Masyarakat Baru" menggambarkan perjalanan spiritual dan sosial seseorang yang mencari pemahaman diri dan makna dalam ...
Menuju Kebudayaan dan Masyarakat Baru
(Manusia dan Tuhan)


Bermusim-musim yang lampau datang lah seorang jejaka mendaki gunung tempat taman yang permai.

Riangan dan ringkas kakinya melangkah dan matanya bersinar-sinar, sebab di hadapannya terbayang pertemuan dengan Kekasih yang telah lama dihasratkan.

Tiba di hadapan gerbang mengetuklah mengetuklah ia dengan suara yang mesra dan gemetar oleh rasa bahagia di dalam hatinya:

"Sayang, bukakan gerbang, abang datang menjelang dari jauh, luas buana tempat 'ngembara, deras arus yang diarungi."
"Siapa?" berbunyi suara halus dari dalam
"Saya!"
"Saya? Siapakah engkau?"
"Saya? Buah hatimu yang datang menjelang dari jauh!"
"Saya? Saya? Aku tiada kenal akan Saya dan enyahlah engkau dari sini!"
Pudarlah muka yang berseri tunduk terkulai kepala remaja. Hilang bumi tempat berpijak, tetapi sebelum berbelok turun kembali terkilatlah pikiran dan mengetuk pulalah tangannya. 
Maka berkatalah ia dengan suara putus-putus minta hiba:

"Sampai hati benar kau sayang, menyuruh abang pulang kembali. Semua percobaan abang rasakan, segala penderitaan abang tanggungkan, engkau semata-mata ada di dalam hatiku. Wahai dirimu sendirilah yang datang kembali kepadamu ini."

Maka berbukalah gerbang yang berat itu dan masuklah jejaka melenyapkan dirinya dalam Kekasihnya.

Tetapi sejak itu didalam taman menjadi sepi. Manakah bunyi unggas yang dahulu seramai itu? Pohon-pohon menjulang ranting, tiada berpucuk, bunga tiada pernah berkembang lagi.


*

Tiadalah terduga berapa lamanya sunyi-senyap celaka merana itu. Pada suatu hari datang pula jejaka muda mendaki gunung yang sepi-mati, tempat lumut menutupi segala yang berdiri dan seluruh alam seperti tertegun tumbuhnya.

Lemah langkahnya, lesu rupa mukanya dan pandangan matanya tiada bersinar. Sebab di dalam hidupnya ia tiada pernah bergirang.

Tiba di muka gerbang mengetuklah jarinya yang kurus-halus dan suaranya bergumam antara kedengaran dan tiada:

"Sayang, segeralah bukakan gerbang, dirimu sendiri datang kembali menjelangmu. Lemah rasa badan, sebab jauh bumi yang diedari dan luas laut yang diseberangi.
"Siapa?" berbunyi suara halus dari dalam.
"Dirimu sendiri pulang kembali kepadamu."
"Diriku sendiri? Diriku sendiri? Wahai alangkah dustamu, sebab aku hanya sendiri. Enyahlah kau, orang yang tiada tahu akan nilai dirinya."

Maka mundurlah badan yang letih lesu, tetapi tiba-tiba selaku selaku terkejut ia berbalik pula, sebab pikirannya bersinar dalam kalbunya. Bercahayalah mata yang kabur seperti terbangun dari mimpi yang jauh. Seluruh badannya hidup kembali. Memukul pulalah tangannya sekali lagi dan berbunyilah suaranya tetap dan pasti:

"Sayang, bukakanlah gerbang, abang datang hendak berbakti kepadamu."
"Siapa?" Seru suara dari dalam pula.
"Saya, abangmu, yang datang dari jauh."
"Siapa?"
"Saya, saya! Siapa lagi: Saya!" jawab jejaka tiada sangsi.

Maka berbukalah gerbang gerbang yang berat itu dan melangkah jejaka dengan langkah yang tegap.

Dan seluruh taman menjadi sibuk dan hidup kembali: pohon berpucuk pula seperti sediakala dan kembang berebut-rebutan memperagakan warnanya.

Sebab Kekasih tiada cintakan dirinya sendiri dan jejaka tahu akan nilai dirinya dan rahmat yang terlimpah kepadanya. Maka dalam baktinya kepada Kekasihnya dirinya tumbuh menjadi sempurna dan tenaganya berlimpah-limpahan menyempurnakan segala sesuatu di sekitarnya.


Sumber: Pujangga Baru (November, 1939)

Analisis Puisi:
Puisi "Menuju Kebudayaan dan Masyarakat Baru" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah karya sastra yang mengangkat tema perjalanan individu menuju pemahaman diri dan masyarakat yang lebih baik.

Latar Waktu dan Tempat: Meskipun puisi ini tidak secara eksplisit menyebutkan latar waktu dan tempat, kita dapat merasakan bahwa kisah ini berlangsung dalam sebuah konteks sosial dan budaya yang khas. Puisi ini tampaknya mencerminkan suasana sosial dan budaya Indonesia pada masa itu.

Tokoh Utama: Tokoh utama dalam puisi ini adalah seorang jejaka yang melakukan perjalanan ke suatu tempat yang disebut sebagai "taman yang permai" atau sebagai sebuah perumpamaan atas tujuannya yang mulia.

Konflik dalam Diri: Puisi ini menggambarkan konflik dalam diri tokoh utama. Pada awalnya, ia tampak penuh semangat dan optimisme saat mendekati "gerbang" yang mewakili tujuannya. Namun, ketika ia pertama kali mencoba masuk, ia dihadang oleh suara dari dalam yang menolaknya. Ini mencerminkan ketidakpastian dan keraguan diri yang awalnya mungkin ia miliki.

Pertemuan dengan Kekasih: Pada tahap pertama, tokoh utama mencoba memasuki gerbang dan bertemu dengan "Kekasih" yang ia idamkan. Namun, pertemuan ini tidak berjalan sesuai harapan, dan ia diusir dengan dingin oleh Kekasih. Ini mencerminkan perasaan penolakan dan ketidaksetujuan.

Transformasi Karakter: Setelah ditolak, tokoh utama mengalami perubahan dalam pikiran dan perasaannya. Ia kembali ke gerbang dengan keyakinan dan tekad yang lebih kuat. Ia menyadari nilai dirinya sendiri dan tidak tergantung pada pengakuan orang lain.

Penerimaan dan Kesuksesan: Pada kunjungan keduanya, tokoh utama diterima dengan baik dan diberi izin untuk masuk. Ini mencerminkan bahwa ia telah memahami nilai sejati dirinya dan bahwa dia tidak lagi mencari validasi dari luar. Ia berhasil dalam pencariannya untuk berbakti kepada Kekasihnya.

Pemulihan Alam: Setelah tokoh utama berhasil memasuki taman, alam sekitarnya pulih dan menjadi hidup kembali. Pohon-pohon kembali berbunga dan hidup. Ini dapat diartikan sebagai metafora untuk pemulihan masyarakat dan alam ketika individu memahami nilai dirinya dan berbakti kepada masyarakat.

Puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual dan sosial seorang individu yang mencari pemahaman diri dan makna dalam kehidupannya. Melalui perubahan karakternya, tokoh utama mengilhami pemulihan dan pembaruan dalam masyarakat dan alam sekitarnya. Puisi ini mengandung pesan tentang pentingnya kesadaran diri, penerimaan, dan berkontribusi pada kebaikan bersama.

Puisi: Menuju Kebudayaan dan Masyarakat Baru
Puisi: Menuju Kebudayaan dan Masyarakat Baru
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana:
  1. Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  2. Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  3. Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.