Puisi: Pengakuan (Karya Iwan Simatupang)

Puisi "Pengakuan" karya Iwan Simatupang menggambarkan perjalanan emosional pembicara dari perasaan kegelapan dan kebingungan menuju pemahaman dan ....
Pengakuan

Aku ingin memberi pengakuan:

Bulan yang gerhana esok malam
telah kutukar pagi ini
dengan wajah terlalu bersegi
pada kaca yang retak oleh
tengadah derita kepada esok

Kulecut hari berbusa merah

Jambangan di depan jendela terbuka
menyiram kesegaran pagi dengan
pengakuan:

esok adalah bulan purnama.

Sungai Batanghari, 13 Agustus 1961

Sumber: Ziarah Malam (1993)

Analisis Puisi:
Puisi "Pengakuan" karya Iwan Simatupang adalah karya yang singkat namun penuh makna. Dalam puisi ini, pembicara, yang mungkin adalah penyair itu sendiri, memberikan pengakuan tentang tindakan atau perasaannya terkait dengan bulan yang akan mengalami gerhana pada malam berikutnya.

Pengakuan tentang Pertukaran Waktu: Puisi ini dimulai dengan pembicara yang mengungkapkan bahwa dia telah melakukan pertukaran waktu. Dia telah menukar "bulan yang gerhana esok malam" dengan "pagi ini." Ini mungkin merujuk pada perasaan kegelapan dan kecemasan yang dirasakannya pada saat itu. Pertukaran waktu ini mungkin juga mencerminkan perubahan emosi atau persepsi pribadinya.

Wajah Terlalu Bersegi: Pembicara merinci bahwa wajahnya terlalu bersegi pada kaca yang retak. Ini bisa diartikan sebagai refleksi dari inner turmoil dan kebingungannya. Mungkin dia merasa tidak puas dengan dirinya sendiri atau memiliki perasaan cemas tentang masa depan.

Hari Berbusa Merah: Puisi ini mencapai puncaknya dengan deskripsi bahwa pembicara mengucurkan atau mengucapkan hari yang berbusa merah. Ini adalah gambaran kuat yang mencerminkan perasaan intens atau ekspresi perasaan yang sangat emosional. Kata "berbusa merah" menggambarkan kegembiraan atau tekanan yang sangat besar.

Jambangan di Depan Jendela: Pada akhir puisi, pembicara memberikan pengakuan bahwa jambangan di depan jendela terbuka dan menyiram kesegaran pagi dengan pengakuan tentang bulan purnama yang akan datang. Ini mungkin merupakan metafora yang menunjukkan bahwa pembicara telah menemukan kedamaian atau pemahaman tentang situasinya. Dia telah mengakui kenyataan atau perasaannya, dan ini memberikan kesegaran dan pemahaman yang baru dalam hidupnya.

Esok adalah Bulan Purnama: Pernyataan terakhir puisi ini mengungkapkan bahwa esok adalah bulan purnama. Bulan purnama sering kali dikaitkan dengan keindahan, kedamaian, atau kesempurnaan. Oleh karena itu, pengakuan yang telah dibuat oleh pembicara mungkin telah membawanya menuju pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya sendiri atau keadaannya.

Puisi "Pengakuan" adalah sebuah karya yang penuh dengan gambaran dan simbolisme yang kuat. Ini menggambarkan perjalanan emosional pembicara dari perasaan kegelapan dan kebingungan menuju pemahaman dan kedamaian. Puisi ini juga menunjukkan kekuatan kata-kata untuk menyampaikan perasaan dan pengalaman pribadi.

Iwan Simatupang
Puisi: Pengakuan
Karya: Iwan Simatupang

Biodata Iwan Simatupang:
  • Iwan Simatupang (Iwan Maratua Dongan Simatupang) lahir pada tanggal 18 Januari 1928 di Sibolga, Sumatera Utara.
  • Iwan Simatupang meninggal dunia pada tanggal 4 Agustus 1970 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.