Puisi: Pohon Beringin (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Pohon Beringin" karya Sutan Takdir Alisjahbana mengajak pembaca untuk merenungkan keagungan alam, perlindungan Tuhan, dan harapan akan ...
Pohon Beringin
(Kenangan kepada Solo)

Tinggi melangit puncakmu bermegah,
Melengkung memayung daunmu bodi.
Berebut akar mencecah tanah,
Masuk membenam ke dalam bumi.

Lemah mendesir daunmu bernyanyi,
Gemulai berbuai dibelai angin,
Nikmat lindap menyerak di kaki,
Mengundang memanggil leka berangin.

Nampak beta berkumpul kelana,
Letih semadi berjuang tiada,
Melunjur kaki menyandar kepala,
Menanti nasib damai bahagia.

Ya Allah, ya Rabbana,
Turunkan badai datangkan taufan,
Rubuhkan tumbangkan pohon perkasa,
Pelindung lelah, pengiba insan.

Rebahkan terbangkan jangan tiada,
Bersihkan bumi dari segala
Tempat terlengah tempat terlena
Tempat terhanyut dalam tiada

Lama sudah tani menanti,
Gelisah tangan memegang bajak,
Tiada tertahan hati gembira,
Hendak meluku membalik tanah.

Kuning permai benih bernas
Menanti memecah menyerbu hidup,
Girang berbunga girang berbuah
Di dalam hujan di sinar suria.

25 September 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:

Puisi "Pohon Beringin" karya Sutan Takdir Alisjahbana merupakan sebuah penggambaran yang indah dan mendalam tentang kekuatan dan keindahan alam, serta hubungannya dengan manusia dan Tuhan.

Keagungan Alam: Puisi ini menggambarkan keagungan dan keelokan pohon beringin yang menjulang tinggi ke langit. Beringin digambarkan sebagai lambang kekuatan dan kemegahan alam yang melengkung dengan anggunnya, memberikan perlindungan dengan dedaunan lebatnya, dan merasuk ke dalam tanah dengan akarnya yang kuat.

Interaksi dengan Alam: Pohon beringin dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari alam. Daun-daunnya yang lemah desir dan gemulai berbuai mengundang sentuhan angin dan memberikan kesenangan kepada yang melihat. Pohon ini menjadi tempat beristirahat bagi para kelana yang letih, memberikan perlindungan dan kenyamanan kepada mereka.

Permohonan kepada Tuhan: Penyair memohon kepada Tuhan untuk melindungi dan menghancurkan pohon beringin. Permohonan ini terlihat sebagai lambang keinginan untuk mendapatkan perlindungan dan kebahagiaan dari Tuhan, serta untuk membersihkan bumi dari segala kehinaan dan kelemahan manusia.

Harapan akan Kebangkitan: Puisi ini juga mengekspresikan harapan akan kebangkitan dan kesuburan. Benih yang menanti untuk pecah dan tumbuh menjadi lambang harapan akan masa depan yang cerah dan berbunga-bunga, di mana hujan dan sinar matahari menjadi simbol kehidupan yang subur dan penuh harapan.

Puisi "Pohon Beringin" karya Sutan Takdir Alisjahbana merupakan sebuah penggambaran yang indah tentang keelokan alam dan hubungannya dengan manusia dan Tuhan. Melalui gambaran pohon beringin, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan keagungan alam, perlindungan Tuhan, dan harapan akan kebangkitan dan kesuburan di masa depan.

Puisi: Pohon Beringin
Puisi: Pohon Beringin
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.