Puisi: Sodom dan Gomora (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Sodom dan Gomora" menghadirkan suasana kekacauan dan kebingungan dalam kehidupan modern, di mana Tuhan terlupakan di tengah-tengah kesibukan ..
Sodom dan Gomora

Tuhan
tertimbun
di balik surat pajak
berita politik
pembagian untung
dan keluh tangga kurang air.

Kita mengikut sebuah all-night ball
kertas berserak
terompet berteriak
muka pucat mengantuk
asap asbak menyaput mata
tak terdengar pintu diketuk.

Kau?

Yippee!!
Rock-rock-rock.

Jam menunjuk tiga.

Sumber: Simfoni Dua (1990)

Analisis Puisi:

Puisi "Sodom dan Gomora" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah refleksi yang menggambarkan kehidupan kontemporer dan kehilangan nilai-nilai spiritual di tengah keramaian dunia modern. Dengan menggunakan metafora Sodom dan Gomora, dua kota dalam Alkitab yang dihancurkan oleh Tuhan karena kefasikan mereka, penyair menyampaikan kekecewaan terhadap kondisi sosial dan moral saat ini.

Kehancuran Spiritual dalam Modernitas: Penyair menggambarkan bagaimana kehidupan modern telah menyebabkan kehilangan nilai-nilai spiritual. Tuhan, yang seharusnya menjadi pusat perhatian dan pengabdian, tertimbun di antara urusan dunia yang duniawi seperti surat pajak, berita politik, dan masalah kehidupan sehari-hari yang tidak berarti.

Keramaian dan Kehampaan: Dalam gambaran malam yang penuh gejolak, penyair menunjukkan kekacauan kehidupan manusia modern. Meskipun ada kegiatan yang terus berlanjut, seperti pesta atau acara hiburan, namun di balik keceriaan itu terdapat kekosongan yang dalam. Asap asbak yang menyaput mata melambangkan kemerosotan spiritual di tengah kehidupan yang serba materialistik.

Kehilangan Kontrol dan Kebingungan: Pada akhir puisi, penyair menanyakan "Kau?" dengan nada ironis, menyoroti kebingungan dan kehilangan identitas dalam kekacauan modern. "Yippee!! Rock-rock-rock." mungkin mencerminkan kegembiraan semu atau keinginan untuk menghindari realitas yang menyakitkan.

Waktu yang Tidak Menentu: Penutup puisi dengan "Jam menunjuk tiga" memberikan kesan ketidakpastian dan kekacauan. Waktu yang tidak menentu mencerminkan suasana kekacauan dan ketidakstabilan dalam kehidupan.

Puisi "Sodom dan Gomora" merupakan sebuah gambaran yang puitis tentang kondisi kehidupan kontemporer yang serba materialistik dan kehilangan nilai spiritual. Penyair menghadirkan suasana kekacauan dan kebingungan dalam kehidupan modern, di mana Tuhan terlupakan di tengah-tengah kesibukan dunia yang duniawi. Puisi ini mengeksplorasi tema-tema yang mendalam tentang kehidupan, moralitas, dan kehilangan identitas dalam dunia yang semakin terfragmentasi dan tidak stabil.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Sodom dan Gomora
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.