Puisi: Tiada Tertahan (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Tiada Tertahan" menyuguhkan gambaran yang kuat tentang perjuangan manusia dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian, ....
Tiada Tertahan

Tanah dipijak serasa air,
Dahan dipegang menjadi awang,
Pandangan ke depan mengabut tebal,
Menoleh belakang gulita semata.

Terbang diri ditiup angin,
Tiada berarah tiada bertuju,
Terhempas ke bumi tertepuk ke batu,
Kejam didera ganas disiksa.

Ya Allah, ya Tuhanku,
Benamkan beta ke laut dalam,
Bakar beta di api nyala.

Sangsi begini tiada tertanggung:
Di laut tidak di darat tidak,
Segala penjuru kabut mengepung.

14 Mei 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:

Puisi "Tiada Tertahan" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan perasaan kebingungan, keputusasaan, dan pencarian akan kedamaian yang dalam.

Simbolisme Alam: Penyair menggunakan gambaran alam untuk menggambarkan kekacauan dan keputusasaan yang dirasakan oleh penyair. Tanah yang dipijak seperti air, dahan yang menjadi awang, dan pandangan yang mengabur menggambarkan suasana yang samar dan kacau.

Ketidakpastian dan Kekacauan: Puisi ini menciptakan atmosfer ketidakpastian dan kekacauan yang melingkupi penyair. Terbangnya diri ditiup angin tanpa arah yang jelas, terhempas ke bumi, dan disiksa oleh kejamnya keadaan adalah gambaran dari perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan dan kesulitan.

Panggilan kepada Tuhan: Dalam keputusasaannya, penyair memanggil Tuhan dengan nama-nama-Nya, memohon agar dia dapat ditemukan dan dilindungi di dalam kegelapan yang melingkupinya. Permohonan untuk benamkan dirinya ke laut dalam dan bakar di dalam api nyala mencerminkan keinginan untuk kesucian dan penyucian dari penderitaan.

Kesadaran akan Keterbatasan Manusia: Puisi ini juga mencerminkan kesadaran akan keterbatasan manusia dalam menghadapi rintangan dan ketidakpastian kehidupan. Sangsi akan nasibnya yang tidak tertanggung di laut maupun di darat, dan kabut yang mengepung dari segala penjuru, menggambarkan ketidakmampuan manusia untuk mengendalikan takdirnya sendiri.

Puisi "Tiada Tertahan" menyuguhkan gambaran yang kuat tentang perjuangan manusia dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian, kekacauan, dan keputusasaan. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran alam yang kaya, penyair berhasil menyampaikan pesan tentang ketidakmampuan manusia dan kebutuhan akan perlindungan dan penyucian dari kekuatan yang lebih tinggi.

Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi: Tiada Tertahan
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.