Puisi: Angin (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Angin" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan alam sebagai entitas yang dinamis dan tidak dapat sepenuhnya dimengerti oleh manusia.
Angin


Angin,
Kata orang engkau mengerang,
bila menderu di pohon kayu
Selalu 'ngembara di mulia buana.

Aku tahu mereka tak tahu
Mengapa sanak selalu bergerak
Selalu gelisah selalu pindah
Selalu dikejar selalu mengejar.

Ah, angin
Tiada tahu mereka segala,
girang gerak, selalu 'ngembara
Kakinya berat tangannya sendat
Hatinya lumpuh angannya lesu.


Sumber: Pujangga Baru (Juni, 1948)

Analisis Puisi:
Puisi "Angin" karya Sutan Takdir Alisjahbana menghadirkan gambaran tentang angin sebagai simbol kebebasan, perubahan, dan kegelisahan.

Simbolisme Angin: Puisi ini menggunakan angin sebagai simbol yang kuat. Angin digambarkan sebagai entitas yang bebas, mampu mengerang, menderu, dan 'ngembara di mulia buana (alam semesta yang agung). Simbolisme angin merujuk pada kebebasan dan mobilitas, menyoroti sifatnya yang tak terikat dan senantiasa berpindah.

Pandangan Manusia Terhadap Angin: Dalam puisi ini, penyair menciptakan pandangan manusia terhadap angin. Ada pemahaman bahwa manusia tidak sepenuhnya dapat memahami atau mengontrol angin. Penggambaran "Aku tahu mereka tak tahu" menunjukkan ketidakmampuan manusia untuk sepenuhnya memahami gerak dan perubahan yang dilakukan oleh angin.

Gelisah dan Pindahnya Angin: Angin digambarkan sebagai entitas yang selalu gelisah dan selalu berpindah. Ini menciptakan citra kegelisahan dan ketidakstabilan, menggambarkan sifat alamiah dari perubahan dan transformasi. Selalu dikejar dan mengejar memberikan nuansa dinamis dan terus-menerus dalam perjalanan angin.

Kontras dengan Manusia: Puisi mengeksplorasi kontras antara sifat angin yang bebas dengan sifat manusia yang terbatas dan cenderung terikat pada kehidupan yang lebih statis. Angin dijelaskan dengan kata-kata seperti "gelisah," "pindah," dan "ngejar," sementara manusia digambarkan dengan kata-kata seperti "berat," "sendat," "lumpuh," dan "lesu."

Keterbatasan Manusia dalam Memahami Alam: Puisi ini mengungkapkan keterbatasan manusia dalam memahami alam dan kehidupan sekitarnya. Kata-kata seperti "Ah, angin, Tiada tahu mereka segala" menciptakan kesan bahwa keberadaan angin dan dinamikanya tidak sepenuhnya dapat dimengerti oleh manusia.

Puisi "Angin" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah puisi yang menggambarkan alam sebagai entitas yang dinamis dan tidak dapat sepenuhnya dimengerti oleh manusia. Melalui simbolisme angin, puisi ini menyampaikan pesan tentang kebebasan, perubahan, dan ketidakpastian dalam kehidupan manusia yang sering kali terasa kompleks dan misterius.

Puisi: Angin
Puisi: Angin
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana:
  1. Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  2. Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  3. Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.