Puisi: Bulan Festival (Karya J. Kamal Farza)

Puisi "Bulan Festival" karya J. Kamal Farza mengajak pembaca untuk merenungkan makna mendalam bulan suci tersebut serta untuk berpartisipasi secara ..
Bulan Festival

Telah tiba lagi engkau ramadan
sebuah bulan festival
buat kita bersaing dan bertanding
untuk menemukan siapa terbaik
mencapai derajat kefitrian

Telah tiba lagi engkau ramadan
sebuah bulan penuh keramaian
buat kita mengisi malam-malam bising
riuh menyebut nama-Mu,
mencapai derajat kemuliaan

Telah tiba lagi engkau ramadan
sebuah bulan terindah dari seribu bulan
ketika malaekat tak pernah tidur
untuk mencatat dan memastikan
siapa terindah mengeja baris demi baris al Qur'an.

Telah tiba lagi engkau ramadan
menghampiriku ajukan sebuah pertanyaan, bahagiakah,
atau susah
buat menyambut festival
untuk menemukan pemenang

Seribu tanya sudah terjawabkan
seribu jawab sudah terlafazkan
seribu gelisah, seribu gundah, seribu luka, seribu tawa,
seribu bahagia,
semua bergemuruh dalam bulan festival, bulan terindah
dari seribu bulan.

Seribu dengki, seribu keji, seribu janji, seribu bukti, seribu
sakit hati, seribu latta, seribu berhala, seribu seribu petaka,
seribu angkara-murka,
melebur hancur dalam bulan festival,
bukan memilih yang benar atau salah, tapi untuk memilih
yang baik dan terbaik, menggapai derajat kefitrian.

Jakarta, Juni 2017

Analisis Puisi:
Puisi "Bulan Festival" karya J. Kamal Farza merangkum perasaan dan makna bulan Ramadan sebagai sebuah festival spiritual dalam kehidupan umat Islam.

Penggambaran Ramadan sebagai Festival: Penyair menggambarkan Ramadan sebagai bulan festival yang penuh dengan kegiatan spiritual, pertandingan, dan kompetisi untuk mencapai derajat kefitrian (kebaikan dan kemuliaan di mata Allah). Ini menggarisbawahi pentingnya Ramadan sebagai periode untuk bersaing dalam meningkatkan kualitas spiritual dan moral.

Keramaian dan Kebisingan: Puisi mencatat keramaian dan kebisingan malam-malam Ramadan yang dipenuhi dengan ibadah, doa, dan bacaan Al-Qur'an. Ini mencerminkan semangat dan kegembiraan umat Islam dalam menyambut Ramadan serta upaya mereka untuk mencapai derajat kemuliaan di mata Allah.

Pencatatan Amal oleh Malaikat: Penyair menyampaikan keyakinannya bahwa malaikat selalu waspada dan mencatat setiap amal baik yang dilakukan umat Islam selama Ramadan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bulan Ramadan dalam meningkatkan kesadaran spiritual dan kebaikan umat Islam.

Pertanyaan Pribadi: Penyair menutup puisinya dengan pertanyaan pribadi tentang perasaan bahagia atau sulitnya menyambut Ramadan. Ini mencerminkan refleksi individu tentang signifikansi Ramadan dalam kehidupan pribadi dan upaya untuk mencapai kebaikan dan kemenangan spiritual.

Dualitas Ramadan: Puisi menggambarkan dualitas Ramadan, di mana kegembiraan dan kesenangan bertabrakan dengan tantangan dan cobaan spiritual. Hal ini menggarisbawahi kompleksitas pengalaman Ramadan yang mencakup berbagai emosi dan pengalaman manusiawi.

Pemilihan Antara Kebaikan dan Keburukan: Penyair menekankan pentingnya memilih yang baik dan terbaik selama Ramadan, serta upaya untuk mengatasi tantangan dan godaan yang mungkin muncul. Ini menunjukkan bahwa Ramadan bukan hanya tentang menjauhi keburukan, tetapi juga tentang aktif mencari kebaikan dan kedermawanan.

Dengan menggambarkan Ramadan sebagai sebuah festival spiritual, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna mendalam bulan suci tersebut serta untuk berpartisipasi secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas spiritual dan moral mereka.

J. Kamal Farza
Puisi: Bulan Festival
Karya: J. Kamal Farza

Biodata J. Kamal Farza:
  • J. Kamal Farza lahir pada tanggal 13 April 1969 di Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.