Sumber: Rencong (2005)
Analisis Puisi:
Puisi "Cahaya Suci Matahari" karya Fikar W. Eda adalah sebuah karya yang memadukan elemen-elemen keagamaan, keindahan alam, dan penghormatan terhadap para korban tragedi.
Simbolisme Matahari: Matahari dalam puisi ini melambangkan kehadiran Allah atau keilahian-Nya. Cahaya matahari yang suci dan terang menciptakan suasana sakral, menghadirkan kehadiran-Nya yang disimbolkan dengan malaikat yang turun dan menggemakan takbir.
Takbir dan Doa: Takbir yang diucapkan dalam puisi ini adalah bentuk penghormatan dan pengagungan terhadap kebesaran Allah. Doa-doa yang disebutkan dalam puisi mencerminkan kebutuhan spiritual dan keinginan untuk bersatu dalam ibadah yang suci.
Penghormatan terhadap Korban Tragedi: Dalam barisan syaf yang panjang, air mata langit mengalir, mengenangkan para korban, seperti ibu dan bapak di Lhokseumawe, yang menjadi korban konflik atau tragedi. Penghormatan terhadap para korban juga terdapat pada doa yang diucapkan untuk para yatim dan piatu.
Kesadaran akan Kehilangan dan Kebutuhan akan Perlindungan Ilahi: Puisi ini menciptakan gambaran tentang ketidakpastian dan kehilangan yang ada di dunia, tetapi juga menunjukkan harapan dan kepercayaan pada kehadiran ilahi dan perlindungan-Nya. Matahari sebagai simbol kehadiran Allah memberikan harapan dan kekuatan di tengah tragedi dan kegelapan.
Rasa Syukur dan Kebaktian: Melalui takbir dan doa, puisi ini mengekspresikan rasa syukur dan kebaktian terhadap keagungan Allah. Suasana sakral yang diciptakan oleh cahaya matahari memperkuat rasa ketaatan dan kepatuhan terhadap-Nya.
Puisi "Cahaya Suci Matahari" menggambarkan pengalaman spiritual yang mendalam dan menyatukan elemen-elemen keagamaan dengan empati terhadap penderitaan manusia. Dengan menggunakan gambaran alam dan simbolisme keagamaan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehadiran ilahi dalam kehidupan manusia.
Puisi "Cahaya Suci Matahari" karya Fikar W. Eda adalah sebuah karya yang memadukan elemen-elemen keagamaan, keindahan alam, dan penghormatan terhadap para korban tragedi.
Simbolisme Matahari: Matahari dalam puisi ini melambangkan kehadiran Allah atau keilahian-Nya. Cahaya matahari yang suci dan terang menciptakan suasana sakral, menghadirkan kehadiran-Nya yang disimbolkan dengan malaikat yang turun dan menggemakan takbir.
Takbir dan Doa: Takbir yang diucapkan dalam puisi ini adalah bentuk penghormatan dan pengagungan terhadap kebesaran Allah. Doa-doa yang disebutkan dalam puisi mencerminkan kebutuhan spiritual dan keinginan untuk bersatu dalam ibadah yang suci.
Penghormatan terhadap Korban Tragedi: Dalam barisan syaf yang panjang, air mata langit mengalir, mengenangkan para korban, seperti ibu dan bapak di Lhokseumawe, yang menjadi korban konflik atau tragedi. Penghormatan terhadap para korban juga terdapat pada doa yang diucapkan untuk para yatim dan piatu.
Kesadaran akan Kehilangan dan Kebutuhan akan Perlindungan Ilahi: Puisi ini menciptakan gambaran tentang ketidakpastian dan kehilangan yang ada di dunia, tetapi juga menunjukkan harapan dan kepercayaan pada kehadiran ilahi dan perlindungan-Nya. Matahari sebagai simbol kehadiran Allah memberikan harapan dan kekuatan di tengah tragedi dan kegelapan.
Rasa Syukur dan Kebaktian: Melalui takbir dan doa, puisi ini mengekspresikan rasa syukur dan kebaktian terhadap keagungan Allah. Suasana sakral yang diciptakan oleh cahaya matahari memperkuat rasa ketaatan dan kepatuhan terhadap-Nya.
Puisi "Cahaya Suci Matahari" menggambarkan pengalaman spiritual yang mendalam dan menyatukan elemen-elemen keagamaan dengan empati terhadap penderitaan manusia. Dengan menggunakan gambaran alam dan simbolisme keagamaan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehadiran ilahi dalam kehidupan manusia.
Puisi: Cahaya Suci Matahari
Karya: Fikar W. Eda
Biodata Fikar W. Eda:
- Fikar W. Eda lahir pada tanggal 8 Mei 1966 di Takengon, Indonesia.