Puisi: Di Kota Laut Tawar (Karya Doel CP Allisah)

Puisi "Di Kota Laut Tawar" menggambarkan hubungan erat antara cita rasa kopi dan kenangan, serta keterkaitan mereka dengan identitas dan budaya lokal.
Di Kota Laut Tawar

(Pantai Mepar)

Pong, semerbak harum aroma Gayo kopi
mengalirkan hangat dalam nadi uratku
meredakan gigil dingin malam itu,
dan di lingkar kemah kuning biru bujangdara arimolomi
mengalunkan tembang epos puteri pukes
dan aku mabuk bayang bunga renggali, suatu masa

(Takengon)

dalam bergelas-gelas gayo kopi yang kureguk
mengaduk-aduk rinduku dalam terawang jauh danau itu
satu-satu berbaris dalam nafasku
Saiful Hadi-Unay-Prapto, Fikar,
ibu yang memasak ikan depik di ruko,
rumah kak Dumasari didataran bukit kecil,
desir angin Asi Asir dan hulu sungai Peusangan,
atau saat terlelap di Time Ruang

setiap gelas kopi Gayo yang kuteguk,
bukan hanya ritual sehari-hari
ada kalian bergandengan di antaranya
ada nikmat hangat dan sejuk angin danau yang menerpa tiba-tiba
ada kita larut didalamnya
dan berlari jauh ke setiap sudut dunia.

1987-2012

Analisis Puisi:
Puisi "Di Kota Laut Tawar" karya Doel CP Allisah adalah sebuah karya yang merenungkan tentang kedalaman emosi dan kekayaan pengalaman pribadi penulis terkait dengan kopi Gayo dan ingatannya di kota Takengon.

Kedalaman Pengalaman Pribadi: Penyair menggambarkan pengalaman pribadinya di sekitar kopi Gayo, sebuah kopi khas dari daerah Aceh, yang memiliki aroma dan rasa khas. Pengalaman tersebut tidak hanya tentang cita rasa kopi, tetapi juga tentang momen-momen yang dihubungkan dengan gelas kopi tersebut, memori, dan relasi dengan orang-orang terdekat.

Sentuhan Emosional dan Nostalgia: Puisi ini sarat dengan sentuhan emosional dan nostalgia, di mana setiap tegukan kopi Gayo tidak hanya menjadi ritual harian, tetapi juga menjadi medium untuk mengingat kenangan, orang-orang, dan tempat-tempat yang menjadi bagian dari perjalanan hidup penulis.

Representasi Budaya dan Identitas Lokal: Puisi ini juga menghadirkan elemen budaya lokal, seperti menyebutkan nama-nama orang dan tempat di sekitar Takengon, menunjukkan pentingnya identitas lokal dan kekayaan budaya dalam keseharian penulis.

Citra Alam dan Perjalanan Spiritual: Gambaran alam, seperti danau dan pegunungan, hadir sebagai bagian penting dari puisi ini. Mereka bukan hanya latar belakang, tetapi juga membawa elemen spiritual dan kesadaran akan kebesaran alam dan perjalanan rohani.

Analisis Bahasa dan Gaya Penulisan: Penyair menggunakan bahasa yang puitis dengan metafora yang kuat untuk menggambarkan pengalaman pribadi yang terhubung dengan kopi Gayo dan kenangan di sekitar Takengon. Puisi ini merangkai kata-kata dengan indah, menggambarkan perasaan dan kenangan dengan kedalaman emosi.

Secara keseluruhan, puisi "Di Kota Laut Tawar" karya Doel CP Allisah adalah sebuah puisi yang merenungkan tentang pengalaman pribadi dan kedalaman emosi penulis terkait dengan kopi Gayo dan ingatannya di Takengon. Puisi ini menggambarkan hubungan erat antara cita rasa kopi dan kenangan, serta keterkaitan mereka dengan identitas dan budaya lokal.

Puisi
Puisi: Di Kota Laut Tawar
Karya: Doel CP Allisah
© Sepenuhnya. All rights reserved.