Sumber: Rencong (2005)
Analisis Puisi:
Puisi "Ini Zaman - Aceh" karya Fikar W. Eda menyoroti perubahan zaman dan kemajuan yang diiringi dengan berbagai dampak sosial, budaya, dan lingkungan.
Refleksi Perubahan Zaman: Puisi ini mencerminkan refleksi penulis terhadap perubahan zaman yang terjadi di Aceh. Penulis menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang jelas untuk menggambarkan transisi dari masa lalu ke masa kini, dengan menyoroti perubahan budaya, gaya hidup, dan nilai-nilai masyarakat.
Kritik terhadap "Kemajuan": Meskipun zaman telah berubah dan kemajuan teknologi terjadi, puisi ini menyampaikan kritik terhadap pandangan bahwa kemajuan itu selalu positif. Penulis menyoroti aspek negatif dari kemajuan tersebut, seperti konsumerisme, korupsi, dan perusakan lingkungan.
Ketidakstabilan Sosial: Puisi ini juga menyoroti ketidakstabilan sosial yang terjadi di tengah perubahan zaman. Dari korupsi hingga kekerasan dalam keluarga, puisi ini menggambarkan beragam masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat Aceh.
Kehilangan Nilai Tradisional: Penulis merindukan nilai-nilai tradisional yang hilang di tengah arus kemajuan zaman. Gambaran tentang perusakan lingkungan dan perpecahan dalam masyarakat mencerminkan kerinduan akan kedamaian dan keharmonisan yang telah hilang.
Kesucian dan Kerendahan Moral: Puisi ini menyoroti kontras antara kesucian dan kerendahan moral dalam masyarakat. Dari panggilan azan yang diselingi dengan kesibukan duniawi hingga kasus-kasus kejahatan dan kekerasan, puisi ini menggambarkan pertentangan antara spiritualitas dan realitas kehidupan sehari-hari.
Melalui puisi ini, Fikar W. Eda menyampaikan pesan yang kuat tentang perubahan zaman dan kompleksitas masyarakat Aceh. Dengan menggunakan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari kemajuan zaman dan mempertimbangkan nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi dalam kehidupan manusia.
Puisi: Ini Zaman - Aceh
Karya: Fikar W. Eda
Biodata Fikar W. Eda:
- Fikar W. Eda lahir pada tanggal 8 Mei 1966 di Takengon, Indonesia.