Puisi: Ketika Mendung di Jakarta (Karya Wiratmadinata)

Puisi "Ketika Mendung di Jakarta" karya Wiratmadinata menggambarkan kerinduan dan kenangan dalam suasana mendung dan hujan di ibu kota Indonesia.
Ketika Mendung di Jakarta

Ketika mendung memayungi Jakarta sore itu
lalu hujan turun seperti berjuta kristal beku
menghujam di antara menara-menara batu,
tiba-tiba kurindukan lagi tiga pasang mata itu,
yang memaksa hujan mengalir di sepasang bola mataku.

Jakarta, 14 Desember 2012

Analisis Puisi:
Puisi "Ketika Mendung di Jakarta" karya Wiratmadinata adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan suasana dan perasaan penyair saat hujan turun di Jakarta. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun kaya makna, penyair berhasil menyampaikan kedalaman emosi dan kerinduan yang terkait dengan kenangan masa lalu.

Gambaran Atmosfer Kota Jakarta: Penyair menggambarkan suasana Jakarta yang mendung dan hujan yang turun seperti "berjuta kristal beku". Gambaran ini menciptakan atmosfer yang khas bagi kota besar, di mana hujan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan menciptakan suasana yang mendalam dan romantis.

Kerinduan akan Kenangan Masa Lalu: Dalam suasana mendung dan hujan di Jakarta, penyair merindukan "tiga pasang mata itu", yang menggambarkan kerinduan akan kehadiran seseorang di masa lalu. Ketika hujan turun, kenangan akan orang-orang yang dicintai atau yang memiliki pengaruh dalam kehidupan penyair menjadi semakin kuat dan mengalir di dalam pikirannya.

Metafora Hujan sebagai Pengingat: Hujan dalam puisi ini digambarkan sebagai pengingat akan kehadiran orang yang dicintai. Meskipun hujan mungkin terlihat sebagai sesuatu yang melankolis, namun dalam konteks puisi ini, hujan menjadi penghubung emosional antara masa kini dan masa lalu, antara kota Jakarta dan kenangan-kenangan yang ditinggalkan di sana.

Kontras Antara Alam dan Emosi: Ada kontras yang menarik antara gambaran alam, yakni hujan yang turun dengan keindahan "kristal beku", dan perasaan emosional penyair yang merindukan kehadiran orang yang dicintainya. Kontras ini menciptakan lapisan kedalaman dalam puisi, yang mengeksplorasi hubungan antara alam dan perasaan manusia.

Puisi "Ketika Mendung di Jakarta" karya Wiratmadinata adalah sebuah karya yang menggambarkan kerinduan dan kenangan dalam suasana mendung dan hujan di ibu kota Indonesia. Melalui penggunaan bahasa yang indah dan gambaran yang kuat, penyair berhasil menyampaikan kedalaman emosi dan kerinduan yang terkait dengan masa lalu, serta hubungan yang erat antara alam dan manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kekuatan kenangan dan bagaimana alam dapat menjadi pengingat akan hubungan-hubungan yang berarti dalam hidup kita.

Puisi
Puisi: Ketika Mendung di Jakarta
Karya: Wiratmadinata
© Sepenuhnya. All rights reserved.