Puisi: Laut Surut (Karya Fikar W. Eda)

Puisi: Laut Surut Karya: Fikar W. Eda
Laut Surut


Laut surut
Prahara telah reda
Pulanglah segera
Di Timur, matahari berbinar nyala

Ini Aceh memang terlalu luka
Oleh amuk senjata dan gelombang raya
Beratus ribu lembar kertas
Takkan pantas mencatat segala

Manakala ayat dibaca dari pengungsian
Gema azan dari tenda ke tenda
Tahulah kita bahwa hidup harus dijaga
Tiang-tiang harus dipancangkan
Nyala api harus dikobarkan
Lalu orang-orang bersusun bahu
Merentang tali, menyusun bata
Menjadikan rumah sebagai surga

Lalu orang-orang mengayuh perahu
Mengatur kemudi, merentang jala
Karena samudra harus ditaklukkan

Laut memang telah surut
Prahara memang telah reda
Tapi wajah-wajah kusut
Beringsut di sudut kota
Menanti rumah yang belum dibangun BRR juga

Jangan kalian curi
Pundi-pundi kami
Ini barak tak ada WC dan kamar mandi

Jangan kalian perjudikan jadup kami
Menabuh genderang
Di atas puing tsunami

Jangan kalian berperang lagi
Wahai insan yang berbudi
Terlalu perih derita kami

Seorang perempuan dari Lam Jame
Murung di tanahnya sendiri
Menanti sertifikat
Yang belum juga dibagi
Di Calang murid-murid bernyanyi
Tentang impian dan harga diri

Dimana kota-kota yang dulu terkubur
Banda Aceh, Kajhu, Lhoknga, Ulhe Lhue
Simeulu, Meulaboh, Lamno, Teonom
Sigli, Bireuen, Lhokseumawe
Mari bangkitlah kembali

Inilah kemilau Aceh tanah harapan
Adalah pintu dunia yang terbuka

Laut surut
Prahara reda
Yang berseteru
Pulanglah segera

Kepada jasad-jasad bernama dan tak bernama
Mari tundukkan kepala
Surgalah bagi mereka

Amin.


Banda Aceh, 20 Februari 2006

Analisis Puisi:
Puisi "Laut Surut" karya Fikar W. Eda membawa pembaca ke Aceh yang terluka dan dihantam bencana alam. Namun, dalam kesedihan dan kerusakan yang melanda, terdapat panggilan untuk pulang dan membangun kembali dengan harapan yang tumbuh di dalamnya.

Bait pertama menggambarkan laut yang surut dan bencana yang telah mereda. Puisi mengajak untuk pulang dengan segera dan melihat matahari yang berbinar di Timur. Namun, di balik keindahan alam yang pulih, Aceh masih terluka karena kekerasan dan gelombang bencana yang melanda. Bait ini memberi kesan bahwa Aceh telah menderita kerugian yang besar, dan banyak hal yang tak tercatat dalam ratusan ribu lembar kertas.

Bait selanjutnya menggambarkan suasana pengungsian, di mana ayat-ayat dibaca dan azan bergema di antara tenda-tenda. Dalam kondisi tersebut, manusia menyadari bahwa hidup harus dijaga dan mereka bersatu untuk membangun kembali. Orang-orang bekerja sama, membangun rumah-rumah seperti surga, mengatur perahu dan merentangkan jala untuk menghadapi samudra yang harus ditaklukkan.

Penyair menggambarkan pemandangan setelah bencana. Meskipun laut surut dan bencana mereda, wajah-wajah masih kusut dan kelihatan tertekan. Banyak orang yang tinggal di sudut kota, menunggu rumah yang belum dibangun oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR). Puisi ini mengungkapkan kekecewaan akan janji-janji yang belum terpenuhi.

Bait-bait selanjutnya mengungkapkan permohonan agar jangan ada lagi pencurian terhadap harta yang mereka miliki, jangan ada lagi penyalahgunaan dana bantuan, dan jangan ada lagi perang. Puisi ini menggambarkan penderitaan yang begitu dalam di Aceh dan memohon agar tidak ada lagi rasa sakit bagi masyarakat. Pengarang mengungkapkan harapan untuk kota-kota yang telah terkubur dan mengajak Aceh untuk bangkit kembali.

Puisi "Laut Surut" menggambarkan Aceh sebagai tanah harapan yang penuh dengan kemilau. Meskipun menderita kerusakan dan kesedihan, Aceh adalah pintu dunia yang terbuka. Puisi ini mengajak untuk membalikkan kepala dan menghormati jasad-jasad yang telah berjuang, serta menegaskan bahwa surga akan menjadi tempat tinggal bagi mereka. Puisi ini menekankan pentingnya kepulangan, pembangunan kembali, dan harapan yang terus tumbuh di tanah Aceh yang terluka.

Dalam keseluruhan, puisi "Laut Surut" menggambarkan perjalanan Aceh melalui penderitaan dan kerusakan, serta harapan dan semangat untuk pulih dan membangun kembali. Puisi ini menyampaikan panggilan untuk bersatu dan menegaskan pentingnya menjaga harapan di tengah kesulitan.

Fikar W. Eda
Puisi: Laut Surut
Karya: Fikar W. Eda

Biodata Fikar W. Eda:
  • Fikar W. Eda lahir pada tanggal 8 Mei 1966 di Takengon, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.