Puisi: Malam ke 4, Mudik Ramadhan (Karya Fikar W. Eda)

Puisi "Malam ke-4, Mudik Ramadhan" karya Fikar W. Eda mengeksplorasi perjalanan spiritual dan perjuangan melawan godaan selama bulan suci Ramadhan.
Malam ke 4
(Mudik Ramadhan)

Angin pecah
di tangga masjid
menelanjangi diri satu, satu
bulan semu berjalan
birahi menggelepar
mati.

Banda Aceh, 1986

Sumber: Rencong (2005)

Analisis Puisi:

Puisi "Malam ke-4, Mudik Ramadhan" karya Fikar W. Eda adalah sebuah pengamatan dalam suasana Ramadhan yang penuh dengan spiritualitas dan pertumbuhan pribadi. Dengan beberapa baris yang kuat, puisi ini mengeksplorasi perjalanan spiritual dan perjuangan melawan godaan selama bulan suci Ramadhan.

Atmosfer Malam Ramadhan: Puisi ini menghadirkan gambaran tentang suasana malam di sebuah masjid selama bulan Ramadhan. Angin yang pecah menciptakan suasana yang dramatis dan memperkuat pengalaman spiritual pembicara. Masjid sering menjadi pusat spiritual dan refleksi selama bulan Ramadhan, dan atmosfer ini ditangkap dengan kuat dalam puisi.

Penyelamatan Diri: Ungkapan "menelanjangi diri satu, satu" menyoroti upaya seseorang untuk menghadapi dirinya sendiri dengan jujur dan terbuka. Ramadhan adalah waktu untuk introspeksi dan penyucian diri, dan di sinilah pembicara menghadapi dirinya sendiri dengan penuh kejujuran dan ketelitian.

Perjuangan Spiritual: Puisi ini mencerminkan perjuangan batiniah yang dialami oleh banyak individu selama bulan Ramadhan. Ketika pembicara menyatakan bahwa "bulan semu berjalan", itu menggambarkan bagaimana bulan suci ini sering kali dianggap sebagai waktu untuk mengevaluasi kehidupan dan mencari kesucian.

Kontras Antara Birahi dan Kesucian: Penggunaan kata "birahi menggelepar" menyoroti pertempuran internal antara nafsu dan kesucian. Dalam konteks Ramadhan, orang sering berusaha untuk mengendalikan hawa nafsu dan menjauhkan diri dari godaan duniawi. Perjuangan untuk menjaga kesucian dan ketulusan dalam pikiran dan tindakan menjadi sangat penting selama bulan suci ini.

Keabadian dan Transendensi: Meskipun puisi ini singkat, ia mengandung lapisan-lapisan makna yang mendalam. Ada nuansa keabadian dan transendensi dalam pengamatan pembicara tentang suasana malam di masjid, menunjukkan bahwa pengalaman spiritual dapat membawa seseorang melampaui batas-batas dunia materi dan melihat ke dalam esensi yang lebih dalam dari keberadaan manusia.

Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan kata-kata yang sederhana namun mendalam, puisi "Malam ke-4, Mudik Ramadhan" menghadirkan refleksi yang menginspirasi tentang perjalanan spiritual dan pertumbuhan pribadi selama bulan suci Ramadhan.

Fikar W. Eda
Puisi: Malam ke 4, Mudik Ramadhan
Karya: Fikar W. Eda

Biodata Fikar W. Eda:
  • Fikar W. Eda lahir pada tanggal 8 Mei 1966 di Takengon, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.