Puisi: Pantun Maskirbi (Karya Budiman S. Hartoyo)

Puisi "Pantun Maskirbi" karya Budiman S. Hartoyo menyampaikan pesan tentang pencarian makna dalam kehidupan, hubungan dengan alam, dan ...
Pantun Maskirbi


Maskirbi, engkau selalu sendiri
menyusuri tubir pantai Calang
Menyibak butir pasir, menyapa matahari
menyimak puisi, menggumam dendang

Maskirbi, engkau selalu sendiri
setiap kali merangkai syair di akhir hari
Di tengah galau dedah Serambi Mekah
menepis gulana gundah hati tak betah

Maskirbi, aku rindu bersilaturahmi
mendengar kabar debar jantungmu
Sejak lama aku ingin berjabat hati
dalam gumam puisi membakar sendu

Maskirbi, aku iri hati
mendengar engkau dapat dispensasi
Tiket langsung masuk al-A'raf sorgawi
anjung saf tertinggi jannah Ilahi

Maskirbi, aku mbrebes mili
dengar kabar engkau berlayar
menunggang gelombang tsunami
Lenyap dari pandang
mendekap gigir gelombang

Senyap tanpa tangis
wirid zikir tak habis-habis


28 Januari 2007

Catatan:
Maskirbi: penyair Aceh yang hilang bersama seluruh keluarganya, ketika gelombang pasang tsunami melanda Calang, pantai Barat Aceh, 26 Desember 2004.

Analisis Puisi:
Puisi adalah bentuk sastra yang memungkinkan penyair untuk menyampaikan perasaan, pemikiran, dan pemahaman mereka tentang berbagai aspek kehidupan. Dalam puisi "Pantun Maskirbi" karya Budiman S. Hartoyo, kita disajikan dengan gambaran tentang perasaan, kebingungan, dan hubungan dengan spiritualitas.

Sendirian dalam Penelusuran: Puisi ini dibuka dengan penyebutan bahwa Maskirbi selalu sendiri dalam menyusuri pantai Calang. Ini menciptakan gambaran tentang kesendirian dan kesunyian yang mungkin dialami oleh Maskirbi saat berusaha untuk menggali makna dalam kehidupan.

Pencarian dalam Alam dan Puisi: Penyair menggambarkan Maskirbi sebagai seseorang yang menyibak pasir pantai, menyapa matahari, dan mendalami puisi. Ini menciptakan gambaran tentang bagaimana Maskirbi menggunakan alam dan puisi sebagai sarana untuk mencari makna dan ketenangan dalam hidupnya.

Rindu dan Penyatuan Hati: Puisi ini mengungkapkan perasaan rindu dari penyair, yang ingin bersilaturahmi dengan Maskirbi dan mendengar kabar hatinya. Ini menciptakan gambaran tentang kerinduan akan hubungan manusia dengan manusia dan hubungan dengan spiritualitas.

Kesendirian dan Penolakan: Puisi ini juga menciptakan gambaran tentang kesendirian dan penolakan yang mungkin dialami oleh penyair. Penyair merasa iri hati karena Maskirbi tampaknya mendapat dispensasi dan tiket langsung ke surga. Ini menciptakan gambaran tentang perasaan ketidakpuasan dan penolakan terhadap nasib atau kehidupan yang kurang memuaskan.

Perpisahan dan Keheningan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang perpisahan dan keheningan yang mungkin terjadi. Maskirbi kabarnya berlayar dan menghadapi bahaya, dan keheningan menciptakan gambaran tentang ketidakpastian dan perasaan kehilangan.

Puisi "Pantun Maskirbi" adalah karya yang merenungkan perasaan, kebingungan, dan hubungan dengan spiritualitas. Puisi ini menciptakan gambaran tentang perasaan kesendirian, rindu, dan iri hati yang mungkin dialami oleh penyair. Budiman S. Hartoyo berhasil menyampaikan pesan tentang pencarian makna dalam kehidupan, hubungan dengan alam, dan perasaan kompleks melalui kata-katanya, menciptakan gambaran tentang eksplorasi emosional dan spiritual.

Puisi Budiman S. Hartoyo
Puisi: Pantun Maskirbi
Karya: Budiman S. Hartoyo

Biodata Budiman S. Hartoyo:
  • Budiman S. Hartoyo lahir pada tanggal 5 Desember 1938 di Solo.
  • Budiman S. Hartoyo meninggal dunia pada tanggal 11 Maret 2010.
  • Budiman S. Hartoyo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.