Puisi: Sebentar Lagi Ia Pergi (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Sebentar Lagi Ia Pergi" menggambarkan perasaan dan refleksi seseorang menjelang berakhirnya bulan Ramadan dan mendekati hari Idul Fitri.
Sebentar Lagi Ia Pergi

Sebentar lagi ia pergi
apa yang sempat kau catat:
perutmu yang keroncongan dan mulutmu yang kering
atau meja makanmu yang penuh sesak ketika berbuka

atau ia akan segera lindap ketika matahari berganti
dan gema takbir menggema

Sebentar lagi ia pergi
apa yang bisa kau petik darinya
selain pesta-pesta yang kau sebut berbuka
selain lapar dan hausmu sebulan itu
Selain tarawihmu yang mungkin tak lengkap
Selain zakat fitrahmu yang telah kau lunaskan

Adakah kau menjadi orang-orang baru
lahir kembali dengan wajah berseri
meniti jalan raya dengan seribu matahari
menebar cahaya di mana-mana

Adakah kau telah menjadi pengembara
selalu tersenyum kepada siapa pun
tanpa pernah kau harap balasannya
karena tersenyum adalah bagian dari perjuanganmu
menjadi manusia

Sebentar lagi ia pergi
apakah kau telah siap kembali
ke hari-harimu yang dulu
sebagai lilin-lilin di setiap kegelapan

yang tak henti memberi
kepada siapa pun yang membutuhkan
yang tak henti menyanyi
bagi siapa pun yang sedang lara
yang tak henti menyinari
kegelapan apa pun yang kau temui
yang tak henti merawat
siapa pun yang terluka

Adakah kau telah siap
menjadi hujan yang selalu menetes di kekeringan
menjadi sumur bagi pejalan kaki yang kepanasan
menjadi laut bagi setiap perahu nelayan
menjadi dermaga bagi kapal-kapal yang akan berlabuh
menjadi rumah bagi orang-orang yang ingin pulang

Bawalah segala
laparmu,
hausmu,
tarawihmu,
zakatmu,
sedekahmu,
menjadi cinta yang membara.

Depok, Akhir Ramadan, 18 Agustus 2012

Analisis Puisi:
Puisi "Sebentar Lagi Ia Pergi" karya Mustafa Ismail adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan dan refleksi seseorang menjelang berakhirnya bulan Ramadan dan mendekati hari Idul Fitri.

Latar Waktu dan Tempat: Puisi ini menciptakan latar belakang selama bulan Ramadan, yang merupakan bulan suci dalam agama Islam di mana umat Muslim berpuasa dan meningkatkan ibadah mereka. Puisi ini juga menyoroti perasaan menjelang hari Idul Fitri, yang merupakan hari perayaan penting dalam Islam.

Tokoh Utama: Tokoh utama dalam puisi ini adalah narator atau pembicara yang berbicara kepada dirinya sendiri atau kepada pembaca. Narator mencerminkan perasaan perubahan yang mungkin dialaminya selama bulan Ramadan.

Perpisahan dengan Ramadan: Puisi ini menggambarkan perasaan perpisahan dengan bulan Ramadan, yang telah dihabiskan dalam ibadah, puasa, dan refleksi. Narator menyadari bahwa bulan Ramadan akan segera berakhir, dan ini menimbulkan pertanyaan tentang apa yang telah dicapai selama bulan tersebut.

Refleksi dan Pertanyaan: Puisi ini mengajukan pertanyaan penting tentang apa yang telah dicapai selama Ramadan. Narator mempertanyakan apakah puasanya dan ibadahnya hanya terbatas pada aspek fisik seperti lapar, haus, tarawih, dan zakat, atau apakah telah terjadi perubahan lebih dalam dalam dirinya.

Perubahan Pribadi: Puisi ini mencerminkan harapan bahwa bulan Ramadan telah membawa perubahan positif pada diri narator. Narator menggambarkan perasaan menjadi lebih baik, menjadi lebih pengertian, dan menjadi lebih peduli terhadap orang lain.

Metafora dan Simbolisme: Puisi ini menggunakan berbagai metafora dan simbolisme, seperti narator yang siap menjadi "hujan yang selalu menetes di kekeringan" dan "rumah bagi orang-orang yang ingin pulang." Ini adalah simbol dari cinta, kasih sayang, dan perubahan yang diharapkan dalam diri narator.

Puisi ini menggambarkan perasaan refleksi, pertanyaan, dan harapan menjelang berakhirnya bulan Ramadan. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam dari ibadah dan perubahan pribadi yang mungkin terjadi selama bulan suci ini, serta untuk membawa semangat dan nilai-nilai Ramadan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi Mustafa Ismail
Puisi: Sebentar Lagi Ia Pergi
Karya: Mustafa Ismail
© Sepenuhnya. All rights reserved.