Puisi: Seperti Belanda (Karya Fikar W. Eda)

Puisi "Seperti Belanda" karya Fikar W. Eda mengingatkan pada kekejaman penjajahan masa lalu dan menyoroti situasi kehidupan yang tak manusiawi.
Seperti Belanda

Seperti Belanda
mereka atur siasat
membuat kami takluk
bertekuk lutut

Seperti Belanda
mereka rebut hati kami
dengan cahaya janji
sambil mengutip kitab suci

Seperti Belanda
mereka suguhi kami anggur
hingga kami mendengkur
lalu dengan leluasa
mengeruk perut kami
gas alam, minyak, emas, hutan,
sampai akar rumput bumi

Seperti Belanda
mereka pun menghunus sangkur
dengan senapan siap tempur
rumah-rumah digempur
masjid, meunasah
dibuat hancur

Melebihi Belanda
mereka perkosa istri-istri kami
mereka tebas leher putra-putri kami
mereka bunuh harapan dan cita-cita kami

Melebihi Belanda
itulah Jakarta!

Jakarta, 1999

Sumber: Rencong (2005)

Analisis Puisi:
Puisi "Seperti Belanda" karya Fikar W. Eda adalah sebuah karya yang mengandung kritik sosial dan politik yang kuat. Melalui penggunaan analogi dengan masa penjajahan Belanda di Indonesia, puisi ini mengungkapkan penghisapan, penindasan, dan penderitaan yang dialami oleh masyarakat Aceh pada masa itu.

Penjelasan Metafora "Seperti Belanda": Penjajahan oleh Belanda di masa lalu menjadi kiasan bagi perlakuan yang dianggap menindas dan merampas hak-hak masyarakat. Dalam puisi ini, para penindas diidentifikasi sebagai "mereka", yang menggambarkan kuasa atau pemerintah yang menyerupai tindakan penjajahan masa lalu.

Penindasan dan Eksploitasi: Puisi menyajikan gambaran bagaimana para penindas merampas hak dan sumber daya dari masyarakat yang lebih lemah. Mereka menawarkan janji-janji palsu, memperkosa, membunuh, dan merusak masa depan dengan cara-cara yang tak manusiawi.

Perbandingan dengan Jakarta: Puisi mengejutkan dengan pernyataan "Melebihi Belanda, itulah Jakarta!" yang mengisyaratkan bahwa apa yang dialami oleh penyair, atau masyarakat yang diwakili, adalah sesuatu yang lebih mengerikan daripada penjajahan Belanda. Hal ini mungkin merujuk pada penindasan, penjajahan ekonomi, dan penderitaan yang melanda di Aceh.

Puisi ini bukan hanya menciptakan gambaran tentang masa lalu yang kelam (tetapi juga memberikan peringatan terhadap kondisi kontemporer yang mungkin masih sama mengerikannya). Puisi ini mengingatkan pada kekejaman penjajahan masa lalu dan menyoroti situasi kehidupan yang tak manusiawi. Dengan menggabungkan sejarah dan realitas modern, puisi ini menjadi suara bagi mereka yang mengalami penindasan dan penderitaan di masyarakat kontemporer, mengingatkan akan pentingnya perjuangan terhadap penindasan dan ketidakadilan.

Fikar W. Eda
Puisi: Seperti Belanda
Karya: Fikar W. Eda

Biodata Fikar W. Eda:
  • Fikar W. Eda lahir pada tanggal 8 Mei 1966 di Takengon, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.