Analisis Puisi:
Puisi "Bukan Kartini" karya Mustafa Ismail merupakan sebuah karya sastra yang menggambarkan kehidupan seorang perempuan bernama Sumiati yang menghadapi penderitaan dan kesunyian dalam hidupnya. Penyair menggunakan bahasa yang mendalam dan emosional untuk menggambarkan malam yang kelam dan luka batin yang mendalam yang dialami oleh tokoh perempuan tersebut.
Puisi ini membandingkan Sumiati dengan tokoh Kartini, yang dikenal sebagai simbol perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia. Namun, penyair menekankan bahwa Sumiati tidak memiliki kesempatan untuk berteriak sekeras Kartini dalam perjuangannya untuk meraih hak-hak dan kesetaraan. Dia harus menghadapi penderitaan yang mendalam dan kesunyian yang melanda dalam kehidupannya.
Penyair menggambarkan malam sebagai waktu yang kelam bagi Sumiati, di mana dia merenungkan luka batin yang terpendam dan kesedihan yang tak terungkapkan. Keberanian Kartini dalam mengemukakan perjuangannya untuk hak-hak perempuan tampak kontras dengan penderitaan Sumiati yang harus membungkam luka dan kesakitan di dalam hatinya.
Dalam puisi ini, penyair juga menyinggung kehadiran seorang bayi tak berdosa yang lahir dari perih dan jerit Sumiati. Namun, penyair memperingatkan Sumiati untuk tidak menceritakan riwayat kelahiran bayi tersebut karena akan mewariskan luka yang panjang dan mendalam. Pesan ini mencerminkan bahwa penderitaan Sumiati tidak hanya dirasakannya sendiri, tetapi juga mempengaruhi generasi berikutnya.
Puisi "Bukan Kartini" merupakan sebuah puisi yang menyoroti kenyataan pahit dan tragis dalam kehidupan seorang perempuan yang mengalami penderitaan dan kesunyian. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi perempuan yang mungkin tidak selalu memiliki platform untuk berbicara dan mengemukakan perjuangannya, namun tetap harus menghadapi tantangan dan penderitaan dengan penuh ketabahan.
Karya: Mustafa Ismail