Puisi: Demi Mereka yang Pergi (Karya Iyut Fitra)

Puisi "Demi Mereka yang Pergi" karya Iyut Fitra menggambarkan dampak yang mendalam dari konflik dan tragedi, serta menyerukan untuk membangun ...
Demi Mereka yang Pergi

Kami hanya menghitung tanggal
Karena kekejian itu tak pernah lelah
Darah-darah menyembur tak kunjung kering
Di tangga-tangga mesjid, bahkan di atas bentangan sajadah
Mereka ciptakan malaikat lain
Untuk menurunkan maut demi maut

Lihatlah Ambon, Tuhanku!
Sepanjang malam, sepanjang jalan
Mereka bagi-bagikan tangis dan air mata
Setiap detiknya
Mereka bangun rasa curiga
Dengan dengki dan cemas
Orang – orang kehilangan tanpa lindungan
Meratap di bawah reruntuhan
Kubah-kubah yang hangus
Sehingganya
Kematian demi kematian
Lewat tanpa perkabungan

Lihatlah Ambon, Tuhanku!
Gagak-gagak terbang
Di hamparan langit pengungsian
Di mana dewa-dewa berdansa
Di atas duka lara
Malaikat yang datang
Bertanam di segala jantung-antung
Setiap kabarnya,adalah api pertikaian
Gelora kemarahan yang kian bergelombang
Menyelusup dan menghunus dada saudara-saudara kami
Hingga setiap hari, bendera hitam itu dikibarkan

Kami hanya menghitung tanggal
Dari jumlah yang tersungkur
Adalah mereka-mereka yang berjihad
Pergi dan tak akan pernah pulang kembali.

Analisis Puisi:

Puisi "Demi Mereka yang Pergi" karya Iyut Fitra adalah sebuah ungkapan kepedihan dan kesedihan atas kehilangan yang dialami oleh sebuah komunitas atau masyarakat, khususnya dalam konteks konflik atau tragedi yang mengakibatkan kepergian banyak orang.

Penghitungan Tanggal dan Kekejian Kematian: Puisi ini diawali dengan penggambaran bahwa masyarakat hanya dapat menghitung tanggal-tanggal kepergian mereka. Hal ini menunjukkan betapa banyaknya korban yang meninggal, dan kekejian kematian yang terus terjadi tanpa henti.

Kesengsaraan di Ambon: Penggunaan nama Ambon mengarah pada konflik atau tragedi yang terjadi di sana. Penyair menggambarkan suasana kesengsaraan dan ketidakpastian yang melanda masyarakat Ambon. Tangisan, curiga, dan kehilangan yang dialami oleh orang-orang di tengah reruntuhan bangunan dan kehilangan tanpa lindungan, menggambarkan betapa besar dampak dari konflik tersebut.

Simbolisme Burung Gagak: Gagak yang terbang di langit pengungsian menjadi simbol kegelapan dan kesedihan yang meliputi tempat-tempat tempat pengungsian. Mereka berdansa di atas duka lara, menggambarkan betapa kuatnya dampak emosional dari kepergian dan konflik yang terus berlanjut.

Kehilangan yang Abadi: Puisi ini menekankan bahwa orang-orang yang berangkat dalam jihad tidak akan pernah kembali. Ini menggambarkan kesetiaan dan pengorbanan yang besar, namun juga meninggalkan rasa kehilangan yang abadi bagi mereka yang ditinggalkan.

Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian: Melalui kesedihan yang terungkap dalam puisi ini, terdapat juga panggilan untuk keadilan dan perdamaian. Penyair secara tidak langsung mengkritik kekerasan dan konflik yang menyebabkan begitu banyak penderitaan, serta menyerukan upaya untuk mengakhiri siklus kekerasan dan membangun perdamaian.

Puisi "Demi Mereka yang Pergi" karya Iyut Fitra adalah sebuah karya yang penuh emosi dan penuh makna. Melalui gambaran kesedihan, kehilangan, dan pengorbanan, puisi ini menggambarkan dampak yang mendalam dari konflik dan tragedi, serta menyerukan untuk membangun perdamaian dan keadilan.

Iyut Fitra
Puisi: Demi Mereka yang Pergi
Karya: Iyut Fitra

Biodata Iyut Fitra:
  • Iyut Fitra (nama asli Zulfitra) lahir pada tanggal 16 Februari 1968 di Nagari Koto Nan Ompek, Kota Payakumbuh, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.