Puisi: Jakarta (Karya Sulaiman Juned)

Puisi "Jakarta" karya Sulaiman Juned mempertanyakan makna hidup dan kehadiran spiritual di tengah keramaian dan kesibukan kota metropolitan. Dengan ..
Jakarta

Terkurung keramaian Jakarta
mengepul asap di hati jadi api
aku ingat kampung; masa kecil yang indah
selepas ngaji. Membaca Hikayat Prang Sabi
memaknai penyerahan diri - merindui Allah.
Masa remaja penuh gairah; memilih rumah tempat berteduh
membawa pulang mawar - membagi keluh
kesah. Bercermin pada kesetiaan Adam-Hawa
(terasa hidup tak ingin cepat kumati).

Terkurung keramaian Jakarta
mengepul asap di hati jadi api
aku menyaksikan; badut-badut mempertontonkan gelisah
di gedung ber-AC tapi gerah-bermuara pada dendam
melemparkan bara jadi ambisi tak terkendali
(nurani tersimpan di kantong jas sapari).

Jakarta, 1999

Analisis Puisi:
Puisi "Jakarta" karya Sulaiman Juned adalah sebuah refleksi tentang pengalaman hidup di tengah keramaian dan kesibukan kota Jakarta. Dalam puisi ini, penulis menggambarkan perjalanan hidup dan perenungan spiritual di tengah gemerlap dan kegaduhan metropolitan.

Kontras Antara Keramaian dan Ketenangan: Puisi ini mengeksplorasi kontras antara keramaian Jakarta yang padat dengan keinginan akan ketenangan dan kedamaian. Meskipun terjebak dalam kesibukan kota besar, narator merindukan masa kecil yang tenang dan penuh makna.

Nostalgia dan Kepedulian Spiritual: Penyair merindukan masa kecil yang diwarnai oleh pengalaman religius, seperti ngaji dan membaca literatur keagamaan. Ini mencerminkan kerinduan akan ketenangan batin dan hubungan yang lebih dalam dengan spiritualitas di tengah kehidupan modern yang serba cepat.

Gambaran Kota yang Bermasalah: Melalui gambaran badut-badut di gedung ber-AC, penyair menyoroti ironi dan kekosongan di balik kemegahan kota. Badut yang seharusnya membawa tawa dan keceriaan malah mengekspresikan gelisah dan kekosongan batin, mencerminkan kehidupan yang tidak selalu seperti yang terlihat dari luar.

Pertanyaan Etis dan Spiritual: Puisi ini mengajukan pertanyaan etis dan spiritual tentang makna kehidupan di tengah kegaduhan dan ambisi materialistik. Penyair menunjukkan ketidakpuasan dan kekosongan yang muncul dari ketidakseimbangan antara keinginan duniawi dan kebutuhan batiniah.

Gaya Bahasa yang Padat: Sulaiman Juned menggunakan bahasa yang padat dan gambaran yang kuat untuk menyampaikan pesannya. Dengan menggunakan metafora seperti "asap di hati jadi api" dan "dendam melemparkan bara jadi ambisi tak terkendali", ia memperkuat atmosfer puisi dan menyampaikan kegelisahan yang dirasakan.

Puisi "Jakarta" karya Sulaiman Juned adalah sebuah karya yang mempertanyakan makna hidup dan kehadiran spiritual di tengah keramaian dan kesibukan kota metropolitan. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang padat, penyair berhasil menggambarkan kompleksitas dan kontradiksi kehidupan modern dengan keinginan akan ketenangan batin dan arti yang lebih dalam.

Puisi
Puisi: Jakarta
Karya: Sulaiman Juned
© Sepenuhnya. All rights reserved.