Analisis Puisi:
Puisi "Peluklah Aku Wahai Kekasih" karya Sulaiman Juned adalah sebuah ungkapan yang penuh dengan kesedihan, kekosongan, dan keinginan akan kedamaian. Dalam puisi ini, pengarang menggambarkan rasa kehilangan, ketidakpastian, dan keinginan akan perdamaian dan kebahagiaan melalui metafora yang kuat.
Kesendirian dan Kegelapan: Puisi ini diawali dengan permohonan untuk dipeluk oleh sang kekasih di tengah kegelapan yang melingkupi kehidupan. Ungkapan "tanpa suluh di tangan, tanpa apa-apa, semuanya hitam melekat pada raga" menggambarkan kesendirian yang dalam dan perasaan terperangkap dalam keadaan yang gelap.
Perjuangan dan Ketidakpastian: Penyebutan kehidupan yang "menjadi seperti hidup sesungguhnya bukan lagi hidup, laksana mati sebelum dimatikan" menggambarkan perasaan tidak pasti dan terombang-ambing dalam kehidupan yang penuh dengan perjuangan dan kebingungan.
Harapan akan Kedamaian: Pengarang mencurahkan keinginan akan kedamaian, kebahagiaan, dan kehidupan yang lebih baik di negeri lain yang indah, terlepas dari konflik dan perang yang menyedihkan yang dialaminya saat ini. Ungkapan "negeri yang dimeriahkan tetari bidadari dan mengalungkan bunga sebagai janji bakti" menggambarkan keinginan akan keindahan dan kedamaian yang kontras dengan kondisi saat ini.
Permohonan Pemulihan: Dalam penutup, terdapat permohonan untuk Allah untuk menyatukan hati yang terbelah oleh kebencian, menunjukkan kesedihan dan kerinduan akan perdamaian dan kesatuan di tengah perpecahan dan konflik yang menyakitkan.
Puisi "Peluklah Aku Wahai Kekasih" adalah sebuah puisi yang penuh dengan kesedihan, keinginan akan kedamaian, dan kekosongan. Sulaiman Juned menggambarkan perjuangan, kegelapan, dan keinginan akan kedamaian serta kehidupan yang lebih baik di tengah kondisi yang penuh dengan konflik dan perpecahan. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya kedamaian, kesatuan, dan kebahagiaan di tengah kehidupan yang penuh dengan penderitaan dan perpecahan.
Karya: Sulaiman Juned