Puisi: Penumpang (Karya Iyut Fitra)

Puisi "Penumpang" karya Iyut Fitra adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan hidup seorang penumpang dalam perjalanan menuju .....
Penumpang


Bukan tentang lengang. tapi perihal yang membuat mimpi terbelah
sebagaimana burung-burung seolah terusir karena pohon tinggal
canggah-canggah patah. maka berangkatlah!
jika tanah tinggal telah menggali kubur untukmu. dan kebun-kebun
kau tanam tak pernah berbuah. titipkan saja perpisahan pada tepian
bukankah pergi adalah gelang yang melekat di tangan lelaki

lalu berbondong-bondong lelaki pun pergi. memesan keberangkatan
menciptakan rantau atau tujuan. simpang-simpang, kedai kopi, stasiun,
juga terminal tengah malam. berangkatlah! sebagai penumpang
lupakan ayunan kanak-kanak yang masih tersimpan. lupakan musim kering
dan lapar yang liar. lupakan juga sengketa tapal-tapal. lupakan!
semakin jauh langkah terayun pergi semakin berarti seorang lelaki

bukan tentang lengang. tapi rantau telah dibangun dalam diri
dan mereka yang berangkat, adakah yang memesan tiket untuk kembali.


Payakumbuh, Januari 2011

Analisis Puisi:
Puisi "Penumpang" karya Iyut Fitra adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan hidup seorang penumpang dalam perjalanan menuju keberangkatan dan perpisahan. Dalam puisi ini, penyair menggunakan gambaran perjalanan fisik sebagai metafora untuk perjalanan hidup, perpisahan, dan keberangkatan dari tempat asal.

Metafora Perjalanan Fisik dan Perjalanan Hidup: Puisi ini menggunakan perjalanan fisik sebagai metafora untuk perjalanan hidup. Penyair menyatakan bahwa perjalanan hidup bukanlah tentang mencari ketenangan atau keheningan, tetapi lebih tentang menghadapi perpisahan dan patah hati. Seperti burung-burung yang terusir karena pohon tinggal, perjalanan hidup bisa penuh dengan perpisahan dan kerinduan.

Simbolisme dan Makna Perjalanan: Penyair menggunakan berbagai simbolisme dalam puisi ini untuk menggambarkan perjalanan hidup. Tanah tinggal yang menggali kubur dan kebun yang tak pernah berbuah melambangkan kerugian dan kegagalan. Berangkat sebagai penumpang adalah metafora untuk menghadapi perubahan dan memulai kembali.

Rasa Rindu pada Masa Lalu: Penyair menyentuh tentang rasa rindu akan masa lalu yang indah, seperti ayunan kanak-kanak yang masih tersimpan. Namun, perjalanan hidup terus berlanjut dan menuntun para penumpangnya ke tempat-tempat baru yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Kekuatan Lelaki dalam Perjalanan Hidup: Puisi ini menekankan peran lelaki dalam perjalanan hidup. Penyair menyatakan bahwa pergi adalah gelang yang melekat di tangan lelaki. Ini mengisyaratkan bahwa lelaki memiliki kekuatan dan kemampuan untuk meninggalkan tempat asal dan menghadapi tantangan perjalanan.

Perjalanan Hidup sebagai Rantau dan Kehidupan yang Berubah: Penyair menyatakan bahwa perjalanan hidup membangun rantau dalam diri seseorang. Para penumpang meninggalkan tempat asal mereka dan menciptakan perubahan dalam hidup mereka dengan mencari keberangkatan dan tujuan baru. Namun, dalam perjalanan itu, pertanyaan muncul, apakah ada yang akan memesan tiket untuk kembali? Ini mencerminkan perasaan ambigu tentang kembali ke tempat asal setelah perjalanan jauh yang penuh dengan perubahan dan perpisahan.

Puisi "Penumpang" oleh Iyut Fitra adalah sebuah puisi yang menggambarkan perjalanan hidup dan perpisahan sebagai perjalanan fisik dalam perjalanan menuju keberangkatan dan perubahan. Penyair menggunakan simbolisme dan metafora untuk menggambarkan kerinduan akan masa lalu, perubahan dalam hidup, dan keberangkatan dari tempat asal. Puisi ini memberikan refleksi mendalam tentang perjalanan hidup dan kekuatan lelaki dalam menghadapinya, serta pertanyaan tentang apakah ada kembali setelah perjalanan jauh yang penuh dengan tantangan dan perubahan.

Iyut Fitra
Puisi: Penumpang
Karya: Iyut Fitra

Biodata Iyut Fitra:
  • Iyut Fitra (nama asli Zulfitra) lahir pada tanggal 16 Februari 1968 di Nagari Koto Nan Ompek, Kota Payakumbuh, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.