Puisi: Potret Kota Malam (Karya Iyut Fitra)

Puisi "Potret Kota Malam" karya Iyut Fitra menggambarkan potret kehidupan di kota pada malam hari dengan cara yang kuat dan merenungkan.
Potret Kota Malam

(Tentang hujan yang turun semalaman. ia tuliskan sebisanya)

Detak waktu. jalanan basah yang bercakap dengan bulan lembab
adalah sunyi lorong juga tiang. ia lihat pengemis tua tak bertudung
dikunyahnya pahit sepotong mimpi. seraya (mungkin) mengeja cinta
pada kampung entah di mana. ia lihat dua pengamen kecil dengan kulele
dan tamborin. lagunya gigil serta daun-daun hanyut, “di sana tanah air beta
dibuai dibesarkan bunda..” lalu mereka guncang simpang dan trafficlight
sampai serak segala harapan. sampai putus tali-tali penantian

(Tentang kata-kata yang ia tulis semalaman. hujan turun jadi puisi)

Malam kian pucat. yang terdengar hanya rintih atau mungkin lirih
ia lihat perempuan dengan gincu ungu. parfumnya menyengat ujung gang
lagu-lagu dangdut dan lelaki yang tergoda. membaur di ranjang murahan
“selamat malam duhai kekasih...”
ia lihat tiga empat anak muda mabuk. bercerita tentang kursi, tong sampah
serta pencuri kertas. kemudian saling tinju dan memaki
kemudian muntah tepat ketika hari mulai berganti pagi

(Tentang potret kota malam. ia tuliskan sebisanya)

Payakumbuh, Desember 2012

Sumber: Tempo (22 September 2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Potret Kota Malam" karya Iyut Fitra adalah sebuah karya yang merenungkan tentang suasana dan realitas kehidupan di kota pada malam hari. Puisi ini menciptakan gambaran kuat tentang berbagai elemen yang membentuk kota dan menggambarkan kontras antara kehidupan yang terlihat dari luar dengan realitas yang lebih dalam.

Kota pada Malam Hari: Puisi ini menciptakan gambaran tentang kota yang tenggelam dalam suasana malam. Penggunaan kata-kata seperti "jalanan basah," "bulan lembab," dan "malam kian pucat" memberikan kesan tentang kegelapan dan ketenangan yang menggantikan hiruk-pikuk aktivitas siang hari.

Potret Manusia: Puisi ini juga memperkenalkan berbagai karakter manusia yang hidup di kota malam. Ada pengemis tua, pengamen kecil, perempuan dengan gincu ungu, dan sekelompok anak muda mabuk. Setiap karakter ini mencerminkan beragam aspek kehidupan kota pada malam hari, dari kesulitan hingga hiburan.

Detak Waktu: Detak waktu dalam puisi ini menciptakan perasaan gerakan dan perubahan, meskipun suasana kota malam terasa lambat dan sunyi. Ini adalah pengingat bahwa, meskipun malam terasa sunyi, dunia terus berputar dan waktu terus berjalan.

Penciptaan Puisi: Puisi ini mengeksplorasi proses penciptaan puisi itu sendiri. Hujan yang turun menjadi puisi adalah metafora tentang bagaimana pengalaman sehari-hari bisa menjadi inspirasi bagi seorang penyair untuk menciptakan karya seni.

Kontras Realitas: Puisi ini menciptakan kontras antara gambaran luar kota yang mungkin terlihat indah dan realitas dalamnya yang lebih kompleks. Pengemis tua, anak-anak muda mabuk, dan kehidupan malam yang tidak selalu glamor adalah contoh dari realitas yang mungkin tersembunyi di balik gambaran kota yang bersinar.

Bahasa dan Musik: Puisi ini menggunakan bahasa yang kuat dan musikal dengan pengulangan dan penggunaan kata-kata yang merayu. Bahasa ini menciptakan ritme dan nuansa yang menggambarkan suasana malam.

Puisi "Potret Kota Malam" adalah karya yang menggambarkan potret kehidupan di kota pada malam hari dengan cara yang kuat dan merenungkan. Puisi ini menciptakan gambaran tentang kehidupan manusia, suasana kota, dan proses kreatif penyair dalam menghadapi realitas kota yang kompleks.

Iyut Fitra
Puisi: Potret Kota Malam
Karya: Iyut Fitra

Biodata Iyut Fitra:
  • Iyut Fitra (nama asli Zulfitra) lahir pada tanggal 16 Februari 1968 di Nagari Koto Nan Ompek, Kota Payakumbuh, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.