Sejarah Dua Kutup
Kita segera tahu, meski bersaudara kita tetap orang lain
yang menulis kehidupan atau kematian dengan tinta berbeda
adakalanya aku menjadi daun dan kau menjadi angin
yang meluruhkan tangkai-tangkai.
Ketika aku melayang-layang, kau menjelma matahari
membakar pepohonan. Aku mengering, kau pun menjadi hujan
menghanyutkanku ke lautan. Menjadi gang-gang
atau luluh bersama malam.
Harga-harga yang naik memperjelas rupa kita
meski datang dari lembah yang sama: engkau adalah
pahlawan
dan aku pendurhaka, mencintai ibu dengan cara berbeda.
Depok, 1 Februari 2003
Karya: Mustafa Ismail