Puisi: Ziarah Gempa (Karya Sulaiman Juned)

Puisi "Ziarah Gempa" karya Sulaiman Juned membawa kita untuk merenungkan dan memahami penderitaan yang harus dihadapi serta pentingnya memiliki ....
Ziarah Gempa


Aku
ziarahi negeri air mata. Kampung-kampung
terkepung isak - gerimis berkelahi di halaman mengoyak
derita-ribuan nyawa diceraiberaikan gempa. Aku
hanya mampu mendirikan kemah di hati
membunuh gelisah yang bersimaharaja antar 
ke perkuburan waktu.

Aku
ziarahi negeri air mata. Kampung-kampung
terkepung luka - rinai tempias ke wajah semesta
mengeram di jiwa. Aku
hanya mampu mencatat keping duka
dalam senyap jerit untuk dikenang
jadi pelajaran menuju Tuhan.

Aku
ziarahi negeri air mata. Kecemasan dan ketakutan
mengurung jiwa - Seperti rentak tangis bersahutan
sesak. Masih lekat di ingatan tentang Aceh
dilipat air raya - Yogyakarta luluh-lantak - Pesisir selatan Jawa
rubuh - Minangkabau diratakan gempa di ruang senja. Aroma
kematian menyekap pikiran dalam timbunan tanah dan beton. Apalagi
yang tersisa selain doa-doa ditasbihkan menembus langit memetik
bulan. Tuhan menegur kita dengan cinta-Nya.

Aku
ziarahi negeri air mata. Sambil bertahlil
ingin sekali menyaksikan senyum di bibirmu jelita biar getir pergi dari sukma.


Padang Panjang, 1 Oktober 2009

Analisis Puisi:
Puisi "Ziarah Gempa" karya Sulaiman Juned adalah sebuah ungkapan emosional yang mendalam terkait dengan dampak gempa bumi yang menghantam beberapa wilayah di Indonesia. Melalui metafora dan simbol-simbol yang kuat, penyair membawa pembaca untuk merenungi peristiwa tragis ini.

Rasa Ziarah dan Kehancuran Akibat Gempa: Puisi ini terdiri dari empat bait yang masing-masing menggambarkan pengalaman yang berbeda dalam bencana gempa bumi. Penyair menempatkan dirinya sebagai pengunjung yang melakukan ziarah di daerah-daerah yang terkena dampak gempa. Ia menunjukkan rasa simpati, empati, dan kedalaman rasa kepedulian terhadap penderitaan dan kehancuran akibat bencana alam tersebut.

Metafora dan Simbolisme: Penyair menggunakan beragam metafora dan simbol-simbol yang kuat untuk menggambarkan penderitaan yang melanda daerah-daerah terkena gempa. Ia menggunakan kata-kata seperti "ziarahi negeri air mata," "rinai tempias ke wajah semesta," "jerit yang senyap untuk dikenang," dan "ingin sekali menyaksikan senyum di bibirmu jelita" untuk mengekspresikan rasa kesedihan, penderitaan, serta harapan yang mendalam.

Pesan Spiritual: Puisi ini juga mengandung unsur spiritualitas yang kuat. Penyair memasukkan doa, tahlil, dan pesan moral ke dalam setiap bait. Ia menunjukkan rasa ketakutan, kematian, dan kehancuran sebagai pengingat bagi manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menumbuhkan sikap kasih sayang, belas kasihan, serta empati terhadap sesama.

Keterikatan dengan Bencana Alam di Indonesia: Penyair mengaitkan bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia, seperti Aceh, Yogyakarta, Pesisir Selatan Jawa, dan Minangkabau, menyoroti bagaimana berbagai daerah di Indonesia telah terkena dampak gempa bumi dengan tingkat kerusakan dan penderitaan yang tak terelakkan.

Puisi ini adalah sebuah refleksi yang mendalam terhadap penderitaan dan kehancuran yang disebabkan oleh bencana gempa bumi di berbagai wilayah di Indonesia. Melalui kata-kata yang kuat dan pesan yang mendalam, Sulaiman Juned membawa kita untuk merenungkan dan memahami penderitaan yang harus dihadapi serta pentingnya memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap sesama.

Puisi
Puisi: Ziarah Gempa
Karya: Sulaiman Juned
© Sepenuhnya. All rights reserved.