Puisi: Ketika Masih Bocah (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi "Ketika Masih Bocah" adalah sebuah karya yang mempersembahkan gambaran kehidupan masa
Ketika Masih Bocah

Ketika masih bocah, rumahku di tepi laut
Bila pagi pulang dari perjalanan jauhnya
Menghalau malam dan bayang-bayangnya, setiap kali
Kulihat matahari menghamburkan sinarnya
Seraya menertawakan gelombang
Yang hilir mudik di antara kekosongan
Sebab itu aku selalu riang
Bermendung atau berawan, udara tetap terang
Setiap butir pasir buku pelajaran bagiku
Kusaksikan semesta di dalam
Dan keluasan mendekapku seperti seorang ibu
Batang kayu untuk perahu masih lembut tapi kuat
Kuhadapkan senantiasa jendelaku ke wajah kebebasan
Aku tak tahu mengapa aku tak takut pada bahaya
Duri dan kepedihan kukenal
Melalui kakiku sendiri yang telanjang

Arus begitu akrab denganku
Selalu ada tempat bernaung jika udara panas
Dan angin bertiup kencang
Tak banyak yang mesti dicemaskan
Oleh hati yang selalu terjaga
Pulau begitu luas dan jalan lebar
Seperti kepercayaan
Dan kukenal tangan pengasih Tuhan
Seperti kukenal getaran yang bangkit
Di hatiku sendiri

1991

Analisis Puisi:
Puisi "Ketika Masih Bocah" karya Abdul Hadi WM adalah sebuah karya yang menggambarkan kehidupan masa kecil di tepi laut, serta keberanian, kekuatan, dan ketenangan yang ditemukan dalam keterikatan dengan alam dan keyakinan spiritual.

Hubungan dengan Alam: Puisi ini membawa pembaca ke tepi laut, di mana penyair menghabiskan masa kecilnya. Laut menjadi bagian penting dari kehidupannya, menghadirkan kegembiraan dan keberanian. Laut adalah sumber ketenangan dan perlindungan, tempat yang akrab dan aman bagi sang penyair.

Keterikatan dengan Alam dan Kebebasan; Penyair mengekspresikan rasa kebebasan yang ia rasakan di tepi laut. Dia merasakan bahwa setiap bagian alam menjadi guru baginya, dari matahari yang bersinar hingga butiran pasir yang menjadi buku pelajarannya. Hubungannya dengan alam mengajarinya tentang kehidupan, ketahanan, dan keberanian.

Ketidaktakutan pada Bahaya: Meskipun dia menghadapi bahaya seperti duri dan kepedihan, sang penyair merasa tenang dan tidak takut. Ini menunjukkan keberanian dan kepercayaannya pada kekuatan alam dan kekuatan spiritual yang melindunginya.

Keyakinan Spiritual: Puisi ini mencerminkan keyakinan spiritual sang penyair. Dia merasa terhubung dengan Tuhan melalui alam, merasakan kehadiran-Nya dalam getaran hatinya sendiri. Keyakinan ini memberinya ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi kehidupan.

Metafora Kehidupan: Keberadaan di tepi laut dan hubungannya dengan alam menjadi metafora kehidupan. Seperti laut yang luas dan jalan yang lebar, kehidupan dianggap sebagai perjalanan yang luas dan penuh dengan kepercayaan. Sang penyair merasa bahwa tangan Tuhan selalu ada untuk melindunginya, memberinya kekuatan, dan membimbingnya melalui kehidupan.

Puisi "Ketika Masih Bocah" adalah sebuah karya yang mempersembahkan gambaran kehidupan masa kecil di tepi laut, di mana sang penyair menemukan keberanian, ketenangan, dan kekuatan dalam keterikatan dengan alam dan keyakinan spiritualnya. Dalam keterhubungannya dengan alam dan keyakinannya pada Tuhan, sang penyair menemukan ketenangan dan keberanian untuk menghadapi kehidupan. Puisi ini memperingatkan kita akan kekuatan alam dan kepercayaan spiritual yang dapat membimbing kita melalui kehidupan.

Puisi: Ketika Masih Bocah
Puisi: Ketika Masih Bocah
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM:
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.