Puisi: Mencintai (Karya A. Munandar)

Puisi "Mencintai" karya A. Munandar adalah sebuah refleksi tentang kontradiksi antara ucapan dan tindakan dalam hubungan serta perenungan tentang ...
Mencintai

Kau bilang mencintai senja
padahal tak mau berguru
pada bangau

Kau bilang mengagumi malam
padahal tak mau belajar
dari kelelawar

Kau bilang mencintai puisi
padahal selalu lari
dari tikai hati

Kau bilang mencintaiku
padahal selalu dan selalu
mengutuk masa lalu.

(Lalu mengapa melayat mimpi?)

Februari, 2019

Analisis Puisi:
Puisi "Mencintai" karya A. Munandar adalah sebuah refleksi tentang kontradiksi antara ucapan dan tindakan dalam hubungan serta perenungan tentang kebenaran cinta. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun sarat makna, puisi ini menggambarkan paradoks dalam ungkapan cinta.

Kontradiksi Antara Ucapan dan Tindakan: Puisi ini menggambarkan kontradiksi antara ucapan cinta dan tindakan nyata. Penyair menyoroti bahwa seseorang mungkin mengungkapkan cinta terhadap hal-hal indah seperti senja, malam, dan puisi, tetapi pada saat yang sama mereka enggan untuk belajar atau menghargai aspek yang lebih dalam atau kompleks dari kehidupan.

Menyelidiki Arti Sejati dari Cinta: Puisi ini juga mengajukan pertanyaan yang mendalam tentang arti sejati dari cinta. Penyair merenungkan bahwa cinta sejati bukan hanya tentang ungkapan kata-kata manis atau deklarasi cinta, tetapi juga tentang kemauan untuk belajar dan tumbuh bersama dengan pasangan, serta menerima masa lalu dan kelemahan masing-masing.

Paradoks Cinta: Penyair mengeksplorasi paradoks cinta, di mana seseorang bisa mengklaim mencintai seseorang sementara pada saat yang sama mengecam atau mengutuk masa lalu pasangan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa cinta sering kali tidaklah sejalan dengan apa yang dikatakan, dan bahwa hubungan sejati memerlukan pengertian, kesabaran, dan pengampunan.

Pertanyaan yang Menggugah: Dengan pertanyaan terakhir, "Lalu mengapa melayat mimpi?", penyair menimbulkan rasa ingin tahu tentang motif seseorang dalam mencintai. Apakah cinta yang diungkapkan sejati atau hanya sekadar ilusi? Apakah cinta itu hanya sebatas pada kata-kata atau juga mencakup tindakan dan pengorbanan yang nyata?

Puisi "Mencintai" karya A. Munandar adalah sebuah refleksi tentang paradoks cinta dan kontradiksi antara ucapan dan tindakan dalam hubungan. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sejati dari cinta dan menimbang tindakan nyata yang dibutuhkan untuk memperkuat hubungan yang sejati.

Puisi: Mencintai
Puisi: Mencintai
Karya: A. Munandar
© Sepenuhnya. All rights reserved.