Puisi: Mengail di Kali (Gubahan Abdul Hadi WM)

Puisi "Mengail di Kali" mengangkat isu-isu lingkungan hidup dengan cara yang sederhana namun sangat kuat. Abdul Hadi WM berhasil menyampaikan ....
Mengail di Kali

Di kali kecil
keruh karena sampah dan kotoran
ikan-ikan tinggal sedikit
dan payah berkembang biak
karena beribu penyakit

Tapi kita masih mengail di sana
Kita masih ingin mendapatkan ikan
ingin memakan dan menghabiskan mereka
hingga musnah semuanya

Mengapa tidak kita pikirkan:
bersihkan kali, jangan buang sampah
dan kotoran semaunya
biar ikan-ikan hidup
dan berkembang biak
seperti sedia kala.

Sumber: Mereka Menunggu Ibunya (1983)

Analisis Puisi:
Puisi "Mengail di Kali" menghadirkan gambaran yang sederhana namun sangat mendalam tentang interaksi manusia dengan lingkungannya, khususnya dalam konteks keberlanjutan alam dan ekosistem sungai.

Gambaran Lingkungan Kali yang Keruh: Puisi ini dibuka dengan gambaran yang jelas tentang keadaan kali kecil yang keruh. Abdul Hadi WM menggambarkan bahwa air kali dipenuhi sampah dan kotoran, serta ikan-ikan yang tinggal di dalamnya sedikit dan kesulitan berkembang biak. Ini menciptakan gambaran lingkungan yang tercemar dan tidak sehat.

Ironi dalam Tindakan Manusia: Ironi muncul ketika meskipun menyadari kondisi sungai yang buruk, manusia tetap melakukan aktivitas mengail di sana. Aktivitas ini dapat diartikan sebagai tindakan eksploitasi sumber daya alam yang kurang berkelanjutan. Meskipun menyadari dampak negatifnya, manusia masih ingin memanfaatkan sumber daya alam tersebut tanpa pertimbangan lingkungan.

Tantangan dalam Konservasi Lingkungan: Puisi ini menyentuh pada tantangan konservasi lingkungan, terutama dalam konteks pemeliharaan ekosistem sungai. Penyakit dan berkurangnya populasi ikan menjadi hasil dari perilaku manusia yang tidak berkelanjutan. Abdul Hadi WM dengan tegas menyampaikan pesannya mengenai pentingnya konservasi dan tanggung jawab kita terhadap lingkungan.

Pertanyaan Menyentuh Kesadaran Lingkungan: Penyair menyoroti ketidakpedulian manusia terhadap kondisi sungai dan ikan-ikan yang hidup di dalamnya. Dengan bertanya, "Mengapa tidak kita pikirkan: bersihkan kali, jangan buang sampah dan kotoran semaunya," penyair mencoba menyentuh kesadaran pembaca akan tanggung jawab kolektif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Harapan akan Pemulihan Lingkungan: Penutup puisi memberikan harapan akan pemulihan lingkungan. Dengan menyuarakan ide untuk membersihkan sungai dan menghentikan pembuangan sampah sembarangan, penyair mengekspresikan keinginan agar lingkungan dapat pulih, ikan-ikan dapat hidup dan berkembang biak seperti sebelumnya.

Penggunaan Bahasa Sederhana dan Kuat: Abdul Hadi WM menggunakan bahasa yang sederhana namun kuat dalam puisi ini. Dengan kata-kata yang langsung dan gambaran yang jelas, penyair mampu mengkomunikasikan pesan lingkungan secara efektif kepada pembaca. Gaya bahasa yang langsung juga memperkuat urgensi pesan yang ingin disampaikan.

Kesadaran Sosial dan Lingkungan: Puisi ini dapat dilihat sebagai bentuk kesadaran sosial dan lingkungan. Penyair tidak hanya menciptakan gambaran tentang kondisi lingkungan yang buruk, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan dampak tindakan manusia terhadap alam dan menggugah kesadaran untuk bertindak.

Secara keseluruhan, "Mengail di Kali" adalah sebuah puisi yang mengangkat isu-isu lingkungan hidup dengan cara yang sederhana namun sangat kuat. Abdul Hadi WM berhasil menyampaikan pesan konservasi dan keberlanjutan dalam konteks aktivitas manusia sehari-hari.

Puisi: Mengail di Kali
Puisi: Mengail di Kali
Gubahan: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM:
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.