Puisi: Rumah (Karya Sulaiman Juned)

Puisi "Rumah" karya Sulaiman Juned adalah perenungan yang mendalam tentang arti rumah, cinta, dan kehidupan.
Rumah

Aku
menyaksikan telaga di matamu
tempat segala pandang rubuh. Aku
hanya ingin sebuah rumah berisi mawar
sepanjang perjalanan menyebarkan harum
bagi setiap pendatang yang dititipkan Tuhan pada kita
bukan renyai luka di senja hati. Dimanapun
mengais hidup tetap beri arti
pada matahari, dan bulan
biar segala kasih
dan sayang
terisi.

Aku
menyaksikan telaga di matamu
berdoa setiap subuh dan senja menuliskan
mimpi yang kita riwayatkan bagi anak dan cucu
tentang nasib seperti sungai mengalir ke laut
lalu bersama merakit hati di hulunya walau terkadang dikepung lara
berujung getir, kita tak bergeming dalam pekat dan sansai
bersama menyulam kalbu dalam kabut. Saksikan
anak-anak menghidupi api di kepala. Rindu
tersayat, perihnya bersarang
di hati.

Aku
menyaksikan telaga di matamu
membuat rumah tempat kita berteduh selamanya
walau berjalan dalam kabut. Tak usah
ajarkan aku bagaimana mengalahkan
sepi. Pernahkah engkau menikmati
sunyi dalam keramaian, seperti
sembilu menyayat jiwa. Tak usah
ajarkan aku bagaimana menikmati
cinta. Tak usah ajarkan aku bagaimana siang dan malam
tanpa bintang bergasing atas kepala. Tak usah
ajarkan aku bagaimana bulan purnama dan sabit hilang
dalam pekat terkadang gerimispun menepi
di pipi.

: Mari aku rabakan sayang dan cinta agar gelap merayap pada tepi, Ah!

Padang Panjang, 2017

Analisis Puisi:

Puisi "Rumah" karya Sulaiman Juned adalah perenungan yang mendalam tentang arti rumah, cinta, dan kehidupan.

Simbolisme Telaga dan Mata: Telaga di matamu menjadi simbol kedalaman emosi dan pengamatan. Mata dipandang sebagai jendela jiwa yang memancarkan keindahan dan kebijaksanaan. Telaga dan mata menjadi metafora bagi kebijaksanaan dan kealamian.

Rumah sebagai Metafora Kehidupan: Rumah dalam puisi ini bukan sekadar bangunan fisik, melainkan simbol kehidupan, perlindungan, dan cinta. Rumah di sini menjadi representasi hubungan, keberadaan, dan harapan.

Pencarian Makna Hidup: Penyair merenungkan perjalanan hidup, pencarian makna, dan keabadian. Rumah diinginkan sebagai tempat untuk menyebarkan harum kebaikan bagi setiap pendatang, mewakili kebaikan dan kasih sayang yang diharapkan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.

Simbolisme Alam dan Kehidupan: Alam, seperti matahari, bulan, sungai, dan kabut, digunakan sebagai simbol-simbol yang menyimbolkan perjalanan kehidupan, keberanian, dan rasa kebersamaan.

Keindahan dan Penderitaan: Penyair menggambarkan keindahan dan penderitaan kehidupan yang terkandung dalam hubungan, mimpi, dan harapan. Ada rindu dan perih yang terkandung di dalamnya, tetapi juga kebahagiaan dan kedamaian.

Permohonan akan Cinta dan Ketenangan: Puisi ini mencerminkan permohonan akan cinta, kedamaian, dan ketenangan dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan cabaran dan ketidakpastian.

Resolusi pada Akhir Puisi: Puisi ini berakhir dengan ungkapan tekad untuk merayakan cinta dan kehangatan agar kegelapan tidak merayap pada tepi kehidupan. Ini menunjukkan harapan akan kemampuan manusia untuk mengatasi tantangan dan menemukan sinar di tengah kegelapan.

Dengan demikian, puisi "Rumah" bukan sekadar puisi tentang tempat fisik, tetapi juga tentang hubungan, kehidupan, dan arti keberadaan manusia dalam alam semesta yang luas.


Puisi
Puisi: Rumah
Karya: Sulaiman Juned
© Sepenuhnya. All rights reserved.