Puisi: Aku Mampu Mencintaimu (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Aku Mampu Mencintaimu" menciptakan lukisan cinta yang tenang, matang, dan penuh kebijaksanaan. Dengan menggunakan gambaran alam dan ...
Aku Mampu Mencintaimu


Aku mampu mencintaimu tanpa rasa cemburu
akar-akar tidak pernah menuntut dirinya menjadi pohon yang
kokoh menjulang, sedangkan pohon juga tidak
mau menangisi diri ketika memandang daun-daun meneduhi

sepasang kekasih saling
merentangkan tangan dengan kata-kata yang
paling mewakili luapan lubuk hati
tungku birahi begitu memompa jiwa gelisah

Aku mampu mencintaimu tanpa prahara
dan bencana setiap pagi bergedebur menuju senja
tenggelam dalam doa-doa alis matamu yang
sekali kedipan jatuhlah bintang-bintang

lengkapkan malam
cemaskan lalu-lalang lelaki hidung belang
tetapi, aku mencintaimu dengan mengubur cemburu
tersebab kau aku hanyalah imam dan makmum

dalam sembahyang abadi.


Yogyakarta, 4 Mei 2012

Analisis Puisi:
Puisi "Aku Mampu Mencintaimu" oleh Abdul Wachid B. S. menyajikan ekspresi cinta yang penuh dengan kedamaian dan ketenangan. Berikut adalah analisis beberapa elemen yang menonjol dalam puisi ini:

Ketidakcemburuan dan Ketenangan: Puisi ini dibuka dengan pernyataan bahwa sang penyair mampu mencintai tanpa rasa cemburu. Ini menciptakan suasana ketenangan dan kepercayaan dalam hubungan. Penekanannya pada ketenangan mengisyaratkan kestabilan emosional dan kematangan dalam cinta.

Metafora Pohon dan Akar: Metafora pohon yang kokoh dan akarnya yang tidak menuntut menjadi dasar untuk menggambarkan hubungan yang sehat. Pohon yang kokoh melambangkan kekuatan cinta, sementara akar yang tidak menuntut menggambarkan sifat tanpa pamrih dan penuh pengertian dalam cinta.

Birahi dan Jiwa Gelisah: Tungku birahi dan jiwa gelisah menciptakan kontras antara hasrat fisik dan ketenangan batin. Penyair menggambarkan kekuatan hasrat dengan kata-kata yang mendalam, tetapi sekaligus menunjukkan bahwa cinta sejati juga mencakup ketenangan dalam jiwa.

Penggambaran Senja dan Doa: Senja dan doa memberikan lapisan simbolis pada puisi. Senja menggambarkan kedamaian dan keindahan dalam hubungan, sementara doa melambangkan rasa syukur dan penghargaan terhadap keberadaan yang lebih tinggi.

Kesadaran akan Keterbatasan: Penyair menyampaikan kesadaran akan keterbatasan manusia dan dunia yang penuh dengan prahara dan bencana. Namun, cinta yang diungkapkan tetap terjaga dan tak tergoyahkan oleh peristiwa-peristiwa negatif tersebut.

Imam dan Makmum: Pemilihan kata "imam" dan "makmum" memberikan nuansa spiritual dalam cinta. Hal ini menunjukkan bahwa penyair melihat hubungan cinta sebagai bentuk ibadah dan pengabdian, di mana kedua belah pihak memiliki peran yang sama.

Pemakaian Bahasa yang Simbolis: Puisi ini memanfaatkan bahasa simbolis, seperti "doa-doa alis matamu" dan "bintang-bintang," untuk menambahkan dimensi keindahan dan kesakralan dalam ungkapan cinta.

Puisi "Aku Mampu Mencintaimu" menciptakan lukisan cinta yang tenang, matang, dan penuh kebijaksanaan. Dengan menggunakan gambaran alam dan simbol-simbol spiritual, puisi ini merangkai ungkapan cinta yang melampaui keterbatasan dan cemburu, menciptakan perasaan yang tulus dan mendalam.

Puisi
Puisi: Aku Mampu Mencintaimu
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.