Cincin
kupikirkan sebuah cincin maha besarnya yang
melingkari jemari manis semesta yang
di tengahnya lobang seperti jantungku yang
berlobang tertembus oleh cintamu
dan cincin itu disemayamkan di atas kursi yang
megah yang semua penciptaan berada
di lingkaran cincin itu yang
kau aku saling mencari sehingga bertemu
di sebuah taman: kau aku saling
mengagumi sebatang pohon rindang teduh
meneduhkan badan tetapi mengerangkan jiwa
kau aku menjadi lapar dan dahaga yang
berkepanjangan, tahu-tahu kau aku memetiknya
menikmatinya dengan tergesa lantaran
takut-takut ketahuan sang pemiliknya
tahu-tahu kau aku kian lapar kian dahaga
si pemilik kebun yang penuh cinta dan kasih sayang itu
tahu-tahu berada di semua arah kita dan berkata
“bila kalian saling lingkarkan cincin ke jemari manis
lapar dahaga kalian akan sirna”
maka di siang yang terang di sebuah taman:
kau aku saling melingkarkan cincin
kau aku lalu meniru laku semesta, bertawaf
melingkari cincin itu, berputar-putar
tiada kata akhir, tersebab
antara memulai dan mengakhiri hanyalah berujung
di tengahnya: lobang seperti jantung hati kau aku yang
berlobang tertembus oleh cinta-Nya.
Purwokerto-Yogyakarta, 2 Agustus 2012
Karya: Abdul Wachid B. S.