Puisi: Dzikir Gus Miek (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Dzikir Gus Miek" karya Abdul Wachid B. S. menghadirkan gambaran tentang spiritualitas, kesadaran diri, dan hubungan manusia dengan Tuhan.
Dzikir Gus Miek

"tidak ada hari esok yang
tidak dimulai dengan puasa"
demikianlah gus miek berkata
di atas selembar daun, seseorang

bersujud bagai lebah
menyerap atau terserap oleh semesta cinta
dan cerita itu pun menjadi nyata
di mata kita yang berprasangka baik, sungguh

batas antara neraka dan surga cuma
setitian rambut dibelah tujuh
tetapi jarak antara aku dan dia mungkin saja
dipisahkan oleh jendela yang

ditandai sebagai hati
ternyata aku keluar masuk lewat jendela itu
bagaimana mungkin aku akan leluasa
meloncati jendela itu jika tambun perutku?

maka ketika malam kekasih menjaga mata
agar hidup tidak kantuk abadi
maka jika siang kau kosongkan lambung
agar hidup tidak limbung

tidak ada hari esok yang
tidak dimulai dengan puasa
demikianlah gus miek cerita
di atas selembar daun, sujud pun fana

sehingga dunia tetaplah berjaga
dari bencana.

Yogyakarta, 26 juli 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Dzikir Gus Miek" karya Abdul Wachid B. S. adalah sebuah puisi yang menghadirkan gambaran tentang spiritualitas, kesadaran diri, dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Pesan tentang Puasa: Puisi ini dimulai dengan kutipan dari Gus Miek tentang pentingnya puasa sebagai awal dari setiap hari. Puasa di sini bukan hanya merujuk pada menahan makan dan minum, tetapi juga pada pengendalian diri, refleksi spiritual, dan kesiapan untuk memulai hari dengan kesadaran penuh.

Simbolisme Spiritual: Puisi ini menggunakan berbagai simbolisme spiritual, seperti lebah yang bersujud, semesta cinta, dan batas antara neraka dan surga. Simbol-simbol ini menggambarkan pencarian spiritualitas dan hubungan yang mendalam antara manusia dengan alam semesta dan Tuhan.

Pengalaman Manusia: Penyair menggambarkan pengalaman manusia dalam mencari makna hidup dan hubungan dengan Tuhan. Perenungan tentang jarak antara diri sendiri dan Tuhan, serta usaha untuk melepaskan diri dari keterbatasan fisik dan dunia material, menjadi tema sentral dalam puisi ini.

Keseimbangan Hidup: Puisi ini menyoroti pentingnya keseimbangan dalam hidup, baik dalam hal spiritualitas maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan materi dan spiritual, antara malam dan siang, menjadi pesan yang disampaikan secara halus dalam karya ini.

Kesadaran dan Kewaspadaan: Puisi ini juga menekankan pentingnya kesadaran dan kewaspadaan terhadap bencana dan tantangan dalam kehidupan. Gus Miek dianggap sebagai figur yang membawa pesan-pesan kesadaran spiritual, dan sikap waspada terhadap kehidupan yang dapat membantu manusia menghadapi berbagai cobaan.

Puisi "Dzikir Gus Miek" mengajak pembaca untuk merenung tentang arti sejati dari puasa, spiritualitas, dan hubungan dengan Tuhan. Melalui penggunaan bahasa yang kaya akan simbolisme dan imaji, puisi ini menggambarkan perjalanan manusia dalam mencari makna hidup dan kedekatan dengan yang Maha Kuasa.

Puisi
Puisi: Dzikir Gus Miek
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.