Puisi: Kisah Kursi Senjahari (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi: Kisah Kursi Senjahari Karya: Abdul Wachid B. S.
Kisah Kursi Senjahari
(- buat saudaraku di dusun)


Senja tiba-tiba nyala
Disiram minyak amarah. Orang-orang
Dan gelombang suara langit turun di jalanan
Ditabuhi pohon-pohon
Diasapi dupa pahit hidup
Duka dari segala tanya

“Kembalikan kursi itu!”
Seorang muda dari kerumunan meradang
Wajah-wajah sahaja itu berganti rupa nyalang
”Kursi itu milik kami
Dibuat dari kayu-kayu kalbu kami
Dihiasi mutiara keringat
Yang Anda sebut rakyat!”

“Ya. Saat berabad tegak
Justru Anda padanya mengalihkan kiblat?”
Sahut bersahutan dalam gemerincing orang-orang
Seperti ribuan lebah terusik sarang


Tapi para serdadu tak sudi memberi
Justru salak anjing dan peluru memburu
Sehingga gelombang suara dan orang
Berhamburan dari jalanan

Waktu tinggal batu-batu
Lalu senja susut senyap
Dan kota ditimbuni gelap

Tapi seorang ibu itu tak juga beranjak tahu
Ada hangus sisa pembakaran, mosaik-mosaik peluru
Pada tembok kelabu, masih basah darah
Seperti impian buruk kolonialisme kembali

“Tapi, bukankah ini saudara?”
Seorang asing menuliskan seperti syair
Sia-sia. Seperti desir jantung tanyaku yang samar
”Ya. Saudara...”

Malam dan lampu menjilati tepian jalan
Tatkala ibu itu menjerit-jerit
Di dada putranya yang tinggal jasad
”Kenapa harus ditembak?
Kenapa harus seorang bocah yang
Mau mengerti perih hari bapaknya?”

Barangkali sinar rembulan akan meredup
Sementara malam memperpanjang tanya
Kenapa justru seorang-seorang sederhana itu
Kenapa bukan sebuah kursi.

1997
Puisi: Kisah Kursi Senjahari
Puisi: Kisah Kursi Senjahari
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.