Puisi: Malam Setelah Turun di Jalan (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi: Malam Setelah Turun di Jalan Karya: Abdul Wachid B. S.
Malam Setelah Turun di Jalan


“pergi, sayang,” suaramu
terlalu lembut untuk yang bernama keadilan
tapi itulah embun yang nyalangkan siapapun
agar tetap jaga di antara
jemputan batang-batang tangan
yang lebih baja dari baja

ke langit kota tiga detik menatap
mungkin sama juga langit jantungmu
deras dalam degup tapi
sunyi saja yang hingar

seorang lelaki lebih biasa pada mulut peluru
sehabis suara ditegakkan di siang
di jalan-jalan. orang-orang khusuk merobohkan
bendungan-bendungan nurani
tapi batang-batang serdadu
yang lebih baja dari baja
”biarkan hidup tanpa cemas apa dan siapa
Tuhan di hati di jalan rakyat!”
jerit lainnya
”bukankah serdadu sama lahir dari ibu
kenapa yang tampak hantu melulu?”

ya, itu di siang
tengah malamnya toh udara kelam mencium bau peluru
”pergi, sayang,...” istri cuma bisa ngelus
rahimnya yang mulai bergerak-gerak perlahan
di langit ada bermilyar mata meneteskan embun
suatu saat akan bangkit
turun di jalan-jalan, menumpulkan peluru
dan serdadu.


1996

Puisi: Malam Setelah Turun di Jalan
Puisi: Malam Setelah Turun di Jalan
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.